Menjaga Kelestarian Suku Bunggu, Manusia yang Hidup di Pohon

Qur'anul Hidayat, Jurnalis
Selasa 07 November 2017 15:24 WIB
Suku Bunggu (Foto: Arif Julianto/Okezone)
Share :

MAMUJU UTARA – Suku Bunggu adalah potret kekayaan budaya yang harus dilestarikan. Suku yang tinggal di kawasan pegunungan di Mamuju Utara ini punya berbagai keunikan, yang jarang dilakukan oleh manusia kebanyakan. Suku ini hidup di atas pohon dan memanfaatkan alam sebagai sumber penghidupannya.

Suku ini berakar dari Suku Kaili di Sulawesi Tengah. Nenek moyang Suku Kaili kemudian menyebar ke sejumlah wilayah dan membentuk perkampungan baru. Dari sanalah muncul beberapa suku baru, seperti Bunggu, Da’a dan suku lainnya.

Suku Bunggu sejatinya hidup dengan membuat rumah di atas pohon. Namun seiring sentuhan perkembangan zaman, jumlah rumah pohon sudah berkurang karena mereka mulai membangun rumah sederhana yang memanfaatkan hasil alam, seperti tiang dari batang kayu bulat dan rotan untuk mengikat komponen rumah.

Rumah suku bunggu berukuran 4x6 meter dengan tinggi 2-3 meter. Rumah terbagi menjadi dua ruangan, yakni untuk menerima tamu dan tempat beristirahat sekaligus memasak.

Suku ini juga dikenal nomaden alias berpindah-pindah. Rumah yang mereka tempati hanya bertahan hingga 6 bulan. Setelahnya mereka mencari lahan untuk dibangun pemukiman baru. Lokasi baru itu biasanya sekitar 5-7 kilometer dari pemukiman sebelumnya.

Keunikan lain dari suku ini adalah, mereka akan meninggalkan pemukiman yang mereka anggap tidak “bersahabat” lagi. Hal itu terjadi jika ada salah seorang anggota mereka sakit atau meninggal dunia.

Suku ini juga menjaga hukum adat. Hukum inilah yang mengatur seluruh anggota suku agar tidak berperilaku menyimpang. Hukuman diberikan dengan mengedepankan musyawarah di rumah adat bernama Bantaya. Salah satu hukumannya adalah membayar denda, yang disesuaikan dengan kesalahan yang dibuat.

Staf Khusus Bupati Bidang Pembangunan, Perencanaan dan Pemberdayaan Masyarakat, Muliadi Saleh mengatakan, pihaknya berencana membangun tempat wisata dengan konsep desa adat. Proses revitalisasi dilakukan, tanpa mengubah tradisi yang dipegang teguh oleh anggota Suku Bunggu.

“Kita ingin membangun tempat wisata desa adat. Desa wisata itukan harus khas, harus menarik. Suku Bunggu ini ada yang tinggal di pohon, yang masih dipertahankan. Mereka juga bisa berdiri di atas tombak. Budaya ini tetap dipertahankan,” pungkasnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya