2. KM Sinar Bangun
KM Sinar Bangun tenggelam dalam pelayaran dari Simanindo, Samosir, menuju Tigaras, Simalungun, Senin 18 Juni 2018 sore. Peristiwa tenggelamnya kapal ini sempat menhebohkan publik karena terjadi saat Libur Lebaran dengan jumlah penumpang hingga ratusan orang.
Saat tenggelam, KM Sinar Bangun diperkirakan membawa sekitar 200 penumpang dan puluhan sepeda motor. Sesuai data dari Basarnas, 24 orang yang ikut dalam kapal telah ditemukan. Sebanyak 21 orang dinyatakan selamat, sedangkan 3 penumpang ditemukan meninggal dunia. Sementara 164 orang lainnya masih hilang.
Menurut keterangan dari saksi yang selamat yakni Hernando (24), Rahman (22) dan Santika (20). Selain dipadati penumpang, kapal itu juga mengangkut kendaraan roda dua.
"Saksi menyebut bahwa saat kejadian angin dan ombak sangat kencang. Kondisi kapal, jumlah penumpang dan kendaraan roda dua sangat padat. Diperkirakan oleh saksi-saksi, jumlah penumpang lebih dari seratus orang," terang Kasubbid Penmas Polda Sumut, AKBP MP Nainggolan.
KM Sinar Bangun tenggelam setelah 30 menit berlayar dari Simanindo menuju Tigaras, Kabupaten Simalungun. Sesaat sebelum kapal tenggelam, kapal nahas itu sempat oleng. Hingga kini pihak Basarnas dan Kepolisian masih mencari korban yang tenggelam di Danau Toba.
Kepala Kantor SAR Medan, Budiawan mengatakan, pihaknya saat ini masih mencari cara untuk mengangkat bangkai kapal yang berada di kedalaman 450 meter itu. Namun posisi bangkai kapal berada di dekat jurang yang memiliki kedalaman 600 meter.
"Biasanya jika target sudah ditemukan akan dilakukan evakuasi. Namun, lagi-lagi kedalaman Danau Toba menjadi persoalan. Kita harus pikir matang-matang soal keselamatan bagaimana kita bisa menolong objek ini bisa terangkat," ungkap Budiawan, Jumat 29 Juni 2018.
Basarnas, kata Budiawan, kini memunculkan dua opsi atas kondisi tersebut. Opsi pertama adalah tetap dilakukan evakuasi meski tentunya akan memakan waktu yang cukup lama dan tingkat risiko yang tinggi.
Opsi kedua adalah membiarkan kapal dan korban yang ada di dalamnya tetap berada di dalam air dan melakukan tabur bunga di atas lokasi tenggelamnya kapal.
"Tapi dua opsi itu masih rencana. Itu yang menjadi rapat kami hari ini. Kita akan berunding dengan Pemkab, dan keluarga korban," sebutnya.
Namun, pencarian korban dan bangkai KM Sinar Bangun resmi dihentikan, Selasa 3 Juli 2018. Sebab, alat untuk mengangkat bangkai kapal yang ada di kedalaman 400 meter sulit dilakukan.
"Kita kemarin sudah ada musyawarah antara Tim SAR Gabungan, keluarga korban, yang dimotori Bupati Simalungun Jopinus Ramli Saragih, bahwa korban sejumlah 164 orang itu akan diikhlaskan," kata Budiawan, Senin (2/7/2018).
Usai dihentikan, lanjut Budiawan, keluarga korban penumpang KM Sinar Bangun beserta Basarnas, pemerintah setempat akan melakukan tabur bunga di lokasi tenggelamnya kapal di perairan Danau Toba.
"Jadi sudah ada kesepakatan pembuatan monumen tenggelamnya KM Sinar Bangun di Pelabuhan Tigaras dan juga pembuatan tanda di lokasi tenggelamnya kapal,"terangnya.
Sementara itu, di hari ke-15 pencarian, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan juga mengunjungi wilayah perairan Danau Toba untuk turut melakukan tabur bunga.
Tim SAR memulai berkemas-kemas untuk meninggalkan kawasan Tigaras, Kabupaten Simalungun, pascapenetapan berakhirnya pencarian KM Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba.
Di Simalungun, sejak Selasa (3/7/2018) pagi, terlihat personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara mulai mengangkut perahu karetnya dari perairan Danau Toba dan dinaikkan ke truk.
Namun di Pelabuhan Tigasras yang menjadi posko utama pencarian belum terlalu menonjol aksi berkemasnya karena masih menggelar doa bersama, tabur bunga, dan peletakan batu pertama pembangunan monumen KM Sinar Bangun.