JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang Kepala Pusat Data Informasi dan Humas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Puro Nugroho di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Pertemuan itu dijadwalkan akan berlangsung pada hari ini, Jumat (5/10/2018) sekira pukul 13.30 WIB.
Sutopo memang ingin sekali dapat berjabat tangan dengan Presiden Jokowi. Pasalnya, ia tak pernah berinteraksi langsung dengan Kepala Negara kendati pernah beberapa kali kesempatan bertemu di lokasi bencana.
"Saya tidak tahu bicara apa. Seorang Presiden bagi saya terlalu tinggi ketemu dengan saya. Saya agak nervous dan mati gaya. Harus bawa handuk jika saya keringatan banyak. He he he," kata Sutopo dalam keterangannya.
Sutopo telah bertemu dengan Pak Jokowi dalam beberapa kali kesempatan. Seperti bertemu di lokasi bencana longsor Banjarnegara, gempa Pidie Jaya, kebakaran hutan dan lahan, erupsi Gunung Agung, dan lain-lain.
"Tapi saya tidak bisa salaman karena tidak bisa masuk," kenang Sutopo.
Ia juga pernah beberapa kali telah mencoba untuk bersalaman dengan orang nomor satu di Indonesia itu. Namun, sambungnya, tak pernah kesampaian karena pengawalan ketat Paspampres kepada Kepala Negara.
"Jadi saya suka lihat dari jauh saja. Saat masyarakat berebutan salaman, saya tidak mau ikut-ikutan, saya tahu diri," ungkapnya.
Ia memastikan, tidak merasa kecewa terhadap Paspampres yang mengawal ketat Jokowi karena memang telah menjadi tugasnya. Padahal, Sutopo merupakan salah satu dosen yang mengajar di Sesko TNI.
"Paspampres yang muda-muda banyak yang nggak kenal saya. Padahal saya dosen Sesko TNI. Tapi sama prajurit tidak dikenal, " ucap Sutopo tertawa.
Pada prinsipnya Sutopo memang mengagumi kepemimpinan Jokowi secara pribadi. Dia selalu berharap dapat bersalaman dan seniornya itu di Universitas Gadjah Mada.
Jokowi pun akan mendengar keinginan Sutopo tersebut. Ia pun langsung mengundang Sutopo ke Istana. Semoga pertemuan ini juga menjadi pengobat bagi Sutopo yang telah menderita penyakit kanker stadiun 4B.
"Saya kagum atas gaya kepemimpinan beliau sejak jadi Wali Kota Solo, Gubernur DKI, dan Presiden sekarang. Beliau selalu berpikir diferensiasi. Mencari yang berbeda," tandasnya.
(Awaludin)