SEMARANG – Gadget bukan lagi menjadi barang mewah yang hanya dimiliki orang dari kalangan berduit. Bahkan, kini perangkat elektronik itu juga tak asing bagi anak-anak untuk segala keperluan karena menyediakan beragam fitur.
Bukan hanya untuk mencari referensi mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari tugas sekolah, tetapi juga membuat anak-anak betah bermain game. Ketika gadget berupa ponsel pintar maupun komputer jinjing, telah terhubung dengan internet maka serasa membuka jendela dunia.
Di sinilah kemajuan teknologi informasi menjadi pisau bermata dua. Beragam informasi dengan sangat mudah diakses. Sekali klik, berita dari segala penjuru dunia tersaji dalam hitungan detik. Anak-anak pun betah berlama-lama untuk berselanjar di dunia maya.
Terlebih ketika mereka sudah menemukan bahan untuk menyelesaikan tugas dari guru sekolah. PR kelar. Mereka akan berlanjut untuk membuka ragam menu dan fitur lainnya. Bukan sekadar informasi positif, namun konten negatif juga tak kalah banyak bertebaran yang sangat gampang diakses.
(Baca Juga: Anak Zaman Now: Gadget Seru dan Asyik, Kalau Main Kelereng Capek)
Guru Bimbingan Konseling SMPIT Assalamah Ungaran, Nurnanik, menyampaikan, gadget berupa ponsel pintar mengalami banyak perkembangan fungsi. Bukan lagi sebatas alat komunikasi tetapi juga menjadi bagian gaya hidup termasuk bagi anak-anak.
“Gadget di era sekarang memang sudah booming. Apalagi zaman sekarang, remaja tidak tahu tentang gadget akan dikatakan ketingalan zaman, dan mungkin ditertawakan oleh remaja lainnya,” kata Nurnanik, Jumat (25/1/2019).
Menurutnya, anak-anak yang menghabiskan waktu dengan gadget akan memiliki kecenderungan sikap menutup diri. Mereka menganggap bahwa gadget sebagai teman sehingga mengakibatkan anak tersebut bersifat individual hingg abai terhadap lingkungan sekitarnya.
“Dampak negatifnya yang sering timbul adalah anak cenderung akan menutup diri. Banyak kita temui anak-anak yang asyik dengan gadget ini ternyata di lingkungan sosialnya, dia akan mengalami kesulitan berinteraksi. Penyebabnya adalah mereka merasa bahwa gadget atau HP, Laptop, sebagai teman mereka,” tuturnya.
Anak-anak yang asyik dengan ponsel pintarnya juga akan merasa sudah ‘menggenggam dunia’. Sebab, segala informasi bisa dengan mudah didapatkan. Namun tanpa disadari, mereka akan semakin jauh dari lingkungan sosial masyarakat maupun sekolah.
“Selain itu untuk remaja-remaja juga anak-anak yang sudah gandrung gadget, belajarnya juga akan sangat menurun. Konsentrasi menurun. Mereka tidak akan bersemangat belajar, mereka hanya asik dengan dunianya sendiri,” ucap dia.
“Bahkan kasus-kasus yang kita temukan ada salah satu anak sudah termasuk kecanduan dalam penggunaan gadget, hingga merasa bahwa keluarga kecilnya adalah gadget atau HP atau laptop. Untuk di keluarga sendiri, dia tidak begitu merespons atau respect karena komunikasinya juga jarang,” bebernya.
“Sehingga merasa bahwa dunianya adalah gadget, atau berinteraksi dengan dunia luar dengan laptopnya. Anak itu saat di sekolah untuk interaksi dengan teman-teman yang lain juga sangat sulit. Bahkan dia akan merasa bahwa teman-teman menjauhinya,” katanya lagi.
Dampak lain kecanduan gadget, yakni pada kesehatan fisik di antaranya kelelahan pada mata. Hingga pada fase tertentu gangguan mata semakin parah, hingga jarak pandang berkurang. Tak jarang, pecandu gadget juga mudah terserang penyakt karena tubuhnya jarang bergerak.
“Gadget ini juga menimbulkan penyakit untuk anak. Itu karena dengan adanya gadget, ternyata anak akan jarang bergerak sehingga akan menimbulkan banyak sekali penyakit. Terutama untuk mata karena dengan sinar dari layar gadget itu akan merusak mata bila berlebihan,” ucapnya menegaskan.
Untuk itu, dia mengajak orangtua untuk senantiasa mendampingi dan memantau anak-anak ketika bermain gadget di rumah. Semestinya anak-anak diberi batasan dan tanggung jawab agar waktunya tak habis hanya dengan memegang ponsel pintar.
“Sekarang tanggung jawab guru, orangtua, dan lingkungan sekelilingnya harus bisa memberikan batasan-batasan kepada remaja dalam penggunaan gadget sehari-hari,” tuturnya.
“Salah satu contohnya di lingkungan rumah yang memasang WiFi. Tentunya remaja era sekarang meminta rumahnya ada WiFi, dengan alasan untuk mengakses internet untuk tugas sekolah. Orangtua harus waspada dengan pernyataan dari anak-anak seperti ini,” kata dia.
“WiFi juga harus dibatasi. Dalam artian dengan tersedianya WiFi anak akan bebas dalam penggunaannya dan mengakses hal-hal yang mungkin lalai dalam pantuan orangtua. Sehingga sebagai orangtua harus bijak salah satunya mungkin membatasi penggunaan WiFi,” bebernya lagi.
(Baca Juga: Main Gadget untuk Bermedsos Ria, Anak Berpotensi Terpapar Cyberbullying)
Tak kalah penting adalah pembatasan penggunaan gadget, sehingga tidak setiap hari anak mendapat keleluasaan memegang ponsel. Anak-anak perlu diberi pengertian tentang waktu-waktu yang diperbolehkan menggunakan gadget, misalnya di luar har-hari masuk sekolah.
“Kami menyampaikan kepada orangtua, penggunaan HP bisa digunakan setiap Sabtu atau Minggu. Itu pun kita sebagai orangtua harus memeriksa atau mengawasi kembali. Penggunaan HP itu benar-benar digunakan semaksimal mungkin (positif), dan bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan oleh orang tuanya selama dua hari itu,” urai dia.
Tentunya sebagai orang tua, kata dia, juga harus memeriksa kembali apa saja yang dilakukan anaknya dan dengan siapa saja berkomunikasi. Selain itu, orang tua juga perlu mengatur kegunaan dan durasi anaknya dalam main gadget.
“Penggunaan HP boleh diberikan kepada anak di luar Sabtu dan Minggu, mungkin saat anak-anak mengerjakan tugas. Tapi saat tidak mengerjakan tugas, sebaiknya orangtua meminta atau menyimpan dulu, baru nanti saat hari-hari free Sabtu dan Minggu, silakan bisa digunakan lagi,” kata dia lagi.
Dengan melibatkan peran orangtua, maka kenakalan remaja akibat pengaruh gadget bisa ditekan. Apalagi, saat ini juga marak game-game yang bermuatan kekerasan sehingga mempengaruhi psikologi anak untuk meniru.
“Maka kita bekerjasama untuk mengantisipasi. Insya Allah kenakalan-kenakalan remaja yang diakibatkan gadget bisa kita cegah,” ucap dia.
Selain pengawasan penggunaan gadget, anak-anak juga bisa diarahkan untuk mengikuti kegiatan positif di lingkungan tempat tinggal. Misalnya, kegiatan olahraga, seni, atau mengikuti pengajian ke masjid-masjid. Termasuk mendatangkan guru les ke rumah sebagai pengganti teman gadget.
“Jika ada waktu kosong di rumah yang biasanya anak-anak menggunakan gadget, kendalikan dengan membaca buku. Dan itu juga dimulai dari orangtua. Tentu orangtua tidak hanya menyuruh, tanpa memberikan teladan atau contoh kepada anaknya,” kata Nurnanik.
(Baca Juga: 3 Pendekatan Lindungi Anak dari Bahaya Konten Negatif Gadget)
“Harapannya kita bisa bareng-bareng seperti itu. Selain mengisi dengan kegiatan positif, membaca buku, bisa juga dengan memberikan fasilitas-fasilitas kepada anak misalnya dengan cara mendatangkan bimbingan belajar ke rumah untuk belajar. Sehingga anak akan merasa ada teman pengganti dari gadget yang digunakan tadi,” ucapnya.
“Dengan cara seperti itu insya Allah dampak-dampak negatif dari gadget bisa kita hindarkan sedikit demi sedikit. Harapannya, kecenderungan dari penggunaan HP atau gadget itu bisa berangsur-angsur berkurang. Selain itu adanya kesadaran anak bahwa sebenarnya gadget bisa digunakan hanya dalam batas hal penting. Anak akan bisa membedakan untuk memilah dan memilih waktu menggunakan gadget,” tutur dia.
(Fiddy Anggriawan )