Pelabuhan Ratu Emma Haven di Teluk Bayur, Sudah Jaya Sejak Perang Napoleon

Rus Akbar, Jurnalis
Sabtu 16 Maret 2019 14:30 WIB
Pelabuhan Teluk Bayur (Foto: Rus Akbar/Okezone)
Share :

Kehidupan Nelayan

Rata-rata warga Teluk Bayur bekerja sebagai pekerja buruh dan sebagian lagi nelayan, Nasrul (65) meski dia tinggal di Teluk Bayur ini namun dia sebagai nelayan, Nasrul sudah mendiami Teluk Bayur ini sejak berusia 10 tahun, saat itu orang tuanya berkerja sebagai chip kapal.

Setelah meninggal dunia bapaknya, hidup mereka luntang-luntang. “Untuk kebutuhan hidup saja, ibu saya dan kami anak-anak mencari kayu api di atas bukit dekat Teluk Bayur,” tuturnya.

Kini Nasrul sebagai nelayan, tempat mangkalnya di wilayah pelabuhan Teluk Bayur antara pabrik CPO dengan tanggi hanya sekitar 20 meter lebarnya ada pelabuhan kecil berisi perahu nelayan sekira 10 unit. Kalau warga mengatakan itu kampung nelayan yang semula dinamakan kampung baru.

“Sejak awal Maret ini kami tidak melaut, karena kondisi cuaca yang bagus. Biasanya kalau melaut itu di tengah, tidak di depan pelabuhan sini, kalau disini tidak ikan, banyak kapal besar bersandar, kami di tengah laut di Gosong Gadang salah satu tempat kami memancing,” tuturnya.

Nasrul kalau melaut bersama empat orang sampai tiga orang, sekali turun rata-rata bisa mendapatkan uang Rp400 ribu itu maksimal bahkan tidak ada sekali. Nasrul menghidupi 9 orang anaknya. Saat ini kalau tidak melaut kadang jadi buruh bangunan dan kadang meminjam sama orang.

“Kalau sudah ada uang dari laut kami bayar, biasanya saya pergi melaut itu pukul 15.00 WIB pulang pukul 05.00 WIB pagi. Ikan kami dapat biasanya tenggiri harganya Rp55 ribu kadang gabua (Giant Trevally) harganya Rp35 ribu perkilogram,” tuturnya.

Biasanya yang membeli ikan mereka adalah warga, namun kalau banyak itu akan dijual sama penampung ikan. Harganya yang mereka jual juga tidak beda yang dijual pada warga.

“Di sini ada di Pasar Gaung yang menampung ikan, kalau ikan banyak kita jual disana tapi kalau sedikit cukup sama warga saja. Disini penampung ikan swasta bukan pemerintah, kalau pemerintah disana di Teluk Kabung yang dikenal dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) tapi itu harus ada target pendapatannya, kalau penampumg disini hanya tradisional saja,” terangnya.

Untuk penampung ikan itu akan menjual kembali ke masyarakat dengan harga yang lebih tinggi dari pada yang diterima dari nelayan, namun ketika Okezone menyambangi lokasi penjualan ikan tersebut ternyata sudah tertutup. Menurut warga setempat penjual ikan disini buka jam 6 pagi dan tutup 10 pagi.

(Khafid Mardiyansyah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya