207 Ulama Meninggal Selama Pandemi Covid-19

Riezky Maulana, Jurnalis
Jum'at 11 Desember 2020 19:51 WIB
Petugas Puskesmas Pasar Minggu menggelar tes swab terhadap masyarakat. (Ilustrasi/Dok Okezone/Heru Haryono)
Share :

JAKARTA – Pengurus Pusat Rabithah Ma'aid Islamiyah (RMI) Nahdatul Ulama mencatat hingga Selasa, 8 Desember 2020, sebanyak 207 ulama pengasuh pondok pesantren meninggal dunia selama pandemi virus corona (Covid-19).

"Sampai Selasa 8 Desember 2020, RMI PBNU mencatat 207 masyayikh, kiai dan nyai, wafat selama masa pandemi. Kasus Covid-19 paling tidak ditemukan di 110 pesantren," kata Ketua RMI PBNU Abdul Ghofarrozin dalam keterangan tertulis, Jumat (11/12).

Abdul Ghofarrozin menuturkan, 207 orang tersebut terhimpun dari 110 pondok pesantren yang ada di Indonesia. Menurutnya, hal tersebut menjadi sebuah kehilangan yang sangat besar, sekaligus ancaman serius bagi kalangan pesantren dan juga Indonesia.

"Ancaman terhadap pesantren dan kiai berarti ancaman terhadap kelangsungan pendidikan agama dan karakter bangsa Indonesia," ungkapnya. 

RMI PBNU, kata dia, melihat negara belum hadir secara optimal dalam penanganan Covid-18 di pesantren. Adapun tiga indikatornya yang memperkuat argumentasi Gus Rozzin ketika menyebut negara belum hadir.

Ketiga indikator itu adalah tidak optimalnya koordinasi antar dinas atau kementerian terkait penanganan Covid-19 di pesantren, terbatasnya informasi dan edukasi tentang Covid 19 bagi pesantren, serta komunikasi publik yang tidak berpihak kepada pesantren.

"Terkhusus jika ada klaster pesantren dan di beberapa daerah pesantren sulit mengakses swab PCR test," ujarnya.

Dia pun meminta negara hadir secara lebih serius dengan pola penanganan yang lebih terpadu. Menurutnya, Kementerian Kesehatan diharapkan dapat menjadi lokomotif dengan menggandeng Kementerian Agama, pemerintah daerah, setempat serta ulama.

Baca Juga : Kabar Baik, Wagub DKI Sembuh dari Covid-19

"RMI sendiri siap menjadi partner strategis terutama terkait koordinasi dan komunikasi dengan pesantren. Secara teknis, penanganan terpadu dapat diwujudkan dalam bentuk pembentukan team task force untuk penanganan Covid-19 di pesantren mulai tingkat pusat sampai kabupaten atau kota," ungkapnya.

Dia menjelaskan, pendekatan terpadu harus dimulai dengan proses pencegahan dengan edukasi protokol kesehatan hingga penanganan jika ada kasus paparan Covid-19 di pesantren. Menurutnya, jika ada kasus Covid-19, pesantren sangat membutuhkan pendampingan agar dapat mengambil keputusan yang tepat terkait keselamatan santri serta pengasuhnya.

"Selanjutnya pesantren juga membutuhkan akses ke dokter dan fasilitas kesehatan, kepastian swab PCR test, dan dukungan ruangan isolasi atau karantina yang layak," ucapnya.

Dia menuturkan, arus informasi publik terkait pemberitaan klaster pesantren perlu dikelola dengan baik dan berpihak pada pesantren. Tujuannya agar pesantren tidak terpuruk selama dan pasca masa pandemi ini akan menerima stigmatisasi.

Baca Juga : Update Corona 11 Desember 2020: Positif 605.243 Orang, 496.886 Sembuh & 18.511 Meninggal

"Semua ikhtiar ini layak dan penting kita kerjakan bersama-sama demi memastikan masa depan pendidikan akhlak dan karakter bangsa.

Baca JugaPositif Covid-19, Ketua KPU Tangsel Bambang Dwitoro Meninggal Dunia 

Sekadar informasi, berdaasarkan tabel yang disertai dalam keterangan tertulis tersebut, jumlah tertinggi pencatatan kiai dan nyai yang meninggal akibat Covid-19 terjadi di rentang waktu Agustus-September. Jumlahnya bertambah sebanyak 49 orang dari yang tadinya 41 menjadi 90 orang. (erh)

(Arief Setyadi )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya