Kisah Mbah Sambu Penyebar Islam di Lasem yang Berhasil Menumpas Bajak Laut

Doddy Handoko , Jurnalis
Jum'at 16 April 2021 07:03 WIB
Makam Mbah Sambu (Foto: Doddy Handoko)
Share :

Mbah Sambu menyebarkan ajaran Islam di Lasem dengan cara damai, bukan dengan cara peperangan atau kekerasan yang lain. "Cara penyebaran beliau hampir mirip dengan cara Wali Songo berdakwah di tanah Jawa. Karena Islam adalah agama rahmatun lil alamin, bukan agama yang suka dengan kekerasan," ujarnya.

Ia bukan orang yang yang pertama kali berdakwah di Lasem, akan tetapi dari sebelum-sebelumnya sudah ada Sunan Bonang yang sekarang ada napak tilasnya di daerah Lasem yaitu Pasujudan Sunan Bonang.

Walau ia bukan penyebar ajaran Islam pertama di daerah Lasem, akan tetapi begitu banyak jasa beliau yang sampai sekarang masih dirasakan oleh masyarakat Lasem dan sekitarnya. Cara dakwah beliau antara lain lewat penikahan, diambil menantu oleh Mbah Srimpet. Cara ini juga telah dilakukan oleh para Wali Songo. Cara ini sangat halus dan damai, karena tidak ada unsur pemaksaan bahkan terdapat unsur suka sama suka.

Dengan begitu akan lebih mudah mengajak seseorag untuk memeluk ajaran Islam, karena syarat pernikahan dalam Islam adalah keduanya harus beragama Islam. Selain itu, dengan adanya pernikahan, maka akan melahirkan banyak generasi muslim yang nantinya juga akan ikut berjuang dalam menyebarkan ajaran Islam.

Masuknya Islam di Lasem, juga melalui perdagangan (pelabuhan). Transaksi perdagangan dijadikan sarana penyebaran ajaran Islam.

Dilihat dari sistem perdagangan sendiri yang merupakan muamalah yang bisa dilakukan dengan siapa saja dan lebih luas jangkauannya. Oleh karena itu, merupakan sarana yang tepat untuk menyebarkan ajaran islam. Apalagi di daerah Lasem, yang mana rata-rata mata pencaharian masyarakatnya bertitik tumpu pada perdagangan.

Di daerah Lasem pada masa itu sebagian sudah mengenal Islam. Dakwah Mbah Sambu kepada orang-orang yang sudah mengenal Islam yaitu dengan memberikan pemahaman-pemahaman agama Islam setiap harinya dan biasanya berlangsung di Masjid Jami’ Lasem.

Peninggalan dalam bentuk fisik yang pertama yaitu, makam Mbah Sambu. Ini adalah salah satu peninggalan yang masih bisa dirasakan oleh masyarakat sampai sekarang. Makam Mbah Sambu tidak pernah sepi dari kunjungan para peziarah. Bahkan setiap hari tak pernah lepas dari pengunjung.

Makam Mbah Sambu berada di pusat perkotaan di Lasem, terpatnya yaitu pada Jl. Eyang Sambu No.1 Kauman, Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Makam Mbah Sambu berada di sebelah barat laut Masjid Jami’ Lasem dan berdekatan dengan masjid.

Lokasinya yang begitu dekat dengan masjid memudahkan para orang yang beribadah di masjid sekalian berziarah ke makam Mbah Sambu.

"Makam Mbah Sambu berarsitektur Samarcand, Uzbekistan (As-Samarqandi),"ucapnya.

Masjid Jami’ Lasem merupakan salah satu peninggalan Mbah Sambu dalam bentuk fisik selain makam yang sudah dibicarakan di atas.

Masjid Jami’ Lasem merupakan peninggalan Mbah Sambu yang sampai sekarang masih terasa manfaatnya bagi siapapun. Selain sebagai tempat ibadah juga sebagai sarana ngaji ilmu agama.

Masjid Jami' Lasem didirikan oleh Mbah Sambu dan Adipati Tedjokusumo I pada tahun 1630 M. Masjid Jami’ Lasem didirikan di tanah perdikan yang merupakan hadiah dari Adipati Tedjokusumo kepada Mbah Sambu karena telah berhasil meredam aksi perompak yang mengacaukan ketentraman di daerah Lasem.

(Arief Setyadi )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya