ADA kisah di balik penamaan Stadion Utama Gelora Bung Karno, stadion yang pernah sukses menyelenggarakan Asian Games 1962 dan 2018 tersebut. Nama Gelora Bung Karno itu merupakan atas usul Menteri Agama saat itu, KH Saifuddin Zuhri, jelang Asian Games 1962.
Stadion Gelora Bung Karno tersebut dibangun untuk penyelenggaraan Asian Games 1962 pada masa Presiden Sukarno.
Melansir NU Online, Senin (26/7/2021), saat itu, tak ingin malu pada perhelatan akbar yang pertama kali mampir di Indonesia tersebut, pemerintah Soekarno membangun kompleks Pusat Olahraga Senayan yang terdiri atas Stadion Utama, Istora, Stadion Renang, Stadion Ikada, Stadion Atletik dan Hoki, Gedung basket, dan Lapangan Voli, Lapangan Menembak, kemudian perkampungan internasional alias perkampungan atlet.
Pembangunan Stadion Utama Senayan selesai tepat pada waktunya dan resmi dibuka pada 24 Agustus 1962, bertepatan dengan pembukaan Asian Games ke-4.
Di balik selesainya pembangunan tersebut, saat akan diresmikan Presiden Sukarno pada 1962, kawasan yang berdiri di atas lahan seluas 225 hektare itu belum memiliki nama.
Pada suatu pagi di serambi belakang Istana Merdeka, Bung Karno bersama beberapa menteri sedang membicarakan hal tersebut.
Hadir di antaranya Menteri Dalam Negeri Dr Soemarno, Menteri Olahraga Maladi, dan beberapa pejabat lainnya, termasuk Menteri Agama kala itu KH Saifuddin Zuhri.
Dalam perbincangan tersebut, hampir disepakati sebuah nama untuk kompleks tersebut, yaitu Pusat Olah Raga Bung Karno.
Namun, sebagaimana tertulis dalam autobiografi KH Saifuddin Zuhri: Berangkat dari Pesantren (LKiS: 2013), usulan tersebut disanggah Kiai Saifuddin.
"Nama itu tidak cocok dengan sifat dan tujuan olahraga," komentar Kiai Saifuddin.
"Mengapa?" selidik Bung Karno.
Baca Juga : Ajaran Marhaenisme Warisan Bung Karno