JAKARTA - Sebelum menikah dengan Rakai Pikatan, Pramodawardhani dikisahkan pernah menjadi raja di Kerajaan Mataram Kuno. Ia menjadi raja keenam setelah Rakai Garung alias Samaratungga Sri Maharaja Samaratungga atau yang sering ditulis Samaratungga.
Mengutip buku "Perempuan-Perempuan Tangguh Penguasa Tanah Jawa" tulisan Krishna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad, selama memerintah sebagai Raja Medang, Pramodawardhani berjuang mengembangkan agama Buddha, bersikap adil, dan menjaga keamanan di dalam negeri.
Di masa Pramodawardhani inilah bangunan megah bernama Candi Borobudur dibangun Pramodhawardani. Prasasti Kayumwungan menyebut, sang Raja Mataram Kuno ini meresmikan sebuah bangunan jinalaya yang bertingkat-tingkat sangat indah.
Para sejarawan menafsirkan bangunan tersebut sebagai Candi Kamulan Bhumisambhara atau Candi Borobudur. Dari hal itu, terwujudnya bangunan jinalaya yang dibangun sejak pemerintahan Samaratungga tersebut tidak dapat dilepaskan dengan peran Pramodawardhani sebagai Raja Medang.
Fakta tersebut membuktikan Pramodawardhani memiliki perhatian besar terhadap perkembangan agama Buddha. Meskipun terdapat beberapa pendapat, Pramodhawardani menganut agama Hindu siwa sesudah menikah dengan Mpu Manuku atau Rakai Pikatan.
Di masa pemerintahannya ini, Pramodawardhani terkenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Hal ini sebagaimana dituliskan di Prasasti Tri Tepusan yang dikeluarkan pada 11 November 842.