Ketua Delegasi Indonesia Anna Astrid, selaku tuan rumah memaparkan tentang Digitalisasi Pertanian Guna Mendukung Pencapaian Ketahanan Pangan di Indonesia. Ia menjelaskan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi diadopsi pada pembangunan pertanian di Indonesia baik pada kegiatan on-farm maupun off-farm.
Selain itu juga adanya peningkatan kapabilitas penyuluh dan petani, sebagai sarana dalam melakukan koordinasi dan komunikasi antar stakeholder, dalam monitoring ketersediaan dan distribusi produksi pertanian, serta dalam kegiatan pendataan pertanian.
Untuk menopang pilar ketersediaan pangan, Indonesia menyusun Program Food Estate yang difokuskan untuk pengembangan smart farming. "Kemudian, saat ini Indonesia telah mengembangkan penggunaan Internet of Thing (IoT) pada kegiatan on-farm,” tutur Anna.
Dalam monitoring kondisi pertanaman, lanjutnya, Kementan mengembangkan sistem aplikasi menggunakan teknologi remote sensing. Untuk menyokong pilar aksesibilitas pangan, Kementan bekerja sama dengan e-commerce dan transportasi online dalam memperlancar pemasaran dan distribusi komoditas pertanian, sekaligus mengatasi permasalahan yang mencuat sejak adanya pandemi Covid-19 tahun 2020.
Ia menambahkan, digitalisasi pertanian juga dilaksanakan guna memperkuat peran penyuluh dalam melakukan pembinaan kepada petani, sekaligus mengenalkan teknologi TIK pada kegiatan budidaya dan pemasaran hasil kepada petani.
"Kementan membangun aplikasi yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas produk pangan demi mendukung pilar utilisasi pada program ketahanan pangan,” ucapnya.