JAKARTA - Peretas atau hacker bisanya hanya merusak sistem digital yang terkomputasi, dan jarang menimbulkan kerusakan fisik di dunia nyata. Namun, berbeda dengan serangan siber di Iran ini yang mampu membawa kerusakan pada pabrik baja.
Kelompok peretas yang disebut Predatory Sparrow mengatakan, mereka berada di balik penyerangan yang menurut mereka menyebabkan kebakaran parah. Mereka kemudian merilis video untuk mendukung pernyataan itu.
BACA JUGA:Jokowi Dengarkan Curhat Peternak yang Kerbaunya Mati karena Kesulitan Air
Video yang dikeluarkan adalah rekaman CCTV insiden itu dan menunjukkan para pekerja meninggalkan pabrik sebelum mesin di pabrik memuntahkan baja cair dan terbakar. Video berakhir dengan orang-orang mencoba memadamkan kebakaran dengan menyemprot air melalui selang.
Dalam video lain yang beredar di dunia maya, pekerja pabrik terdengar berteriak memanggil petugas pemadam kebakaran dan menjelaskan kerusakan peralatan.
BACA JUGA:Ini Penampakan Berkas Ferdy Sambo Cs Terkait Kasus Perusakan Barang Bukti
Predatory Sparrow, juga dikenal dengan nama Persianya, Gonjeshke Darande, mengatakan ini adalah salah satu dari tiga serangan yang dilakukan terhadap produsen baja Iran pada 27 Juni 2022, sebagai tanggapan atas tindakan "agresi" yang yang dilakukan oleh Republik Islam.
Kelompok ini juga mulai membagikan data-data yang diklaim dicuri dari perusahaan, termasuk email rahasia.
Di halaman Telegram-nya, Predatory Sparrow mengunggah: "Perusahaan-perusahaan ini tunduk pada sanksi internasional dan melanjutkan operasi mereka meskipun ada pembatasan. Serangan siber ini, dilakukan dengan hati-hati untuk melindungi individu yang tidak bersalah," tulisnya seperti dinukil dari BBC, Kamis (15/9/2022).
Kalimat terakhir itu telah menusuk telinga dunia keamanan siber.
Jelas para peretas tahu bahwa mereka berpotensi membahayakan nyawa, tetapi tampaknya mereka berusaha keras untuk memastikan lantai pabrik kosong sebelum mereka melancarkan serangan, dan mereka sama-sama ingin memastikan semua orang tahu betapa berhati-hatinya mereka.
Hal ini membuat banyak orang bertanya-tanya apakah Predatory Sparrow adalah tim peretas militer yang disponsori negara secara profesional dan diatur secara ketat, yang bahkan mungkin diwajibkan untuk melakukan penilaian risiko sebelum mereka meluncurkan operasi.
"Mereka mengeklaim diri mereka sebagai kelompok peretas, tetapi mengingat kecanggihan mereka, dan dampaknya yang besar, kami meyakini kelompok itu dioperasikan, atau disponsori oleh negara," kata Itay Cohen, kepala penelitian siber di Check Point Software.