JAKARTA - Pada 1959, melalui keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia Nomor 1/Missi/1959, Aceh resmi menjadi daerah istimewa sehingga nama provinsi menjadi Daerah Istimewa Aceh. Sejak itu, meski beberapa kali berubah nama, Aceh tetap menjadi daerah otonom yang memiliki banyak keistimewaan. Seperti penyelenggaraan kehidupan beragama, adat, pendidikan, dan peran ulama dalam penetapan kebijakan daerah. Berikut lima daftar keistimewaan Aceh.
1. Berlaku Hukum Qanun
Aceh menjadi kota dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Aceh menegakkan syariat Islam, seperti yang sudah ditetapkan dalam UU 44/1999. Aceh bisa mengatur dan mengembangkan penyelenggaran kehidupan dengan berlandaskan syariat Islam. Bahkan Aceh membuat aturan hukum Qanun. Aturan tersebut berdasarkan dari Hukum Islam. Dengan hukum ini, Aceh memberlakukan hukum cambuk bagi yang melakukan perbuatan amoral seperti mencuri hingga berzina.
Baca juga: Lestarikan Kesenian Tradisional, Aceh Gelar Festival Saman 2022
2. Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman dibangun pada tahun 1612. Masjid ini merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah Islam di Aceh dan menjadi simbol persatuan warga Aceh. Pada 2004, ketika terjadi tsunami, Masjid Baiturrahman menjadi bangunan yang selamat pada saat itu. Interior unik yang dimiliki masjid ini adalah 12 payung elektrik yang menyerupai Masjid Nabawi di Madinah.
Baca juga: Gempa M6,4 Guncang Aceh, Amalkan Doa Ini agar Dilindungi Allah Ta'ala
3. Surga para Pecinta Kopi
Aceh memiliki wilayah kebun kopi yang sangat luas. Ada berbagai jenis kopi asli Aceh. Beberapa di antaranya bahkan sudah mendunia. Kopi terkenal asal Aceh adalah kopi Gayo dan kopi Ulee Kareng, yang mengharumkan nama Aceh. Bagi masyarakat Aceh, tradisi minum kopi yang diwariskan turun-temurun tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Karenanya tak heran, warung kopi banyak tersebar di seluruh penjuru Aceh. Kedai-kedai kopi ini buka sejak pagi hingga malam, bahkan tak sedikit yang buka hingga 24 jam.
4. Memiliki Banyak Pahlawan Wanita
Aceh memiliki banyak sekali pahlawan wanita. Dua pahlawan wanita yang namanya mendunia adalah Laksamana Malahayati (Keumalahayati) dan Cut Nyak Dhien. Selain itu, ada pula Cut Meuthia. Ketiga pahlawan ini telah ditetapkan pemerintah sebagai pahlawan nasional. Laksamana Malahayati bahkan memimpin setidaknya 2.000 pejuang perempuan yang merupakan janda dari para pejuang Aceh. Pasukan yang diberi nama Inong Balee itu berperang melawan pasukan Belanda, dengan menggempur benteng dan kapal-kapalnya.
5. Museum Tsunami Aceh
Pada tahun 2004, Aceh mengalami musibah gempa dan tsunami yang menewaskan lebih dari dua ratus ribu orang. Untuk mengenang peristiwa memilukan tersebut dibangunlah Museum Tsunami. Bangunan yang dirancang oleh Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, ini didirikan di atas lahan seluas 2.500 meter persegi. Selain untuk mengenang para korban tsunami, Museum Tsunami Aceh juga menjadi sarana edukasi serta pusat evakuasi bencana.
(Susi Susanti)