JAKARTA – Megawati Soekarnoputri menceritakan beberapa nukilan sejarah terkait penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 dan Gerakan Non Blok (GNB), yang belum banyak diketahui publik.
Cerita-cerita itu didengar langsung dari ayahnya Ir. Soekarno yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI, termasuk tentang bagaimana Indonesia kala itu meyakinkan Tiongkok untuk hadir di KAA, soal Aljazair yang belum merdeka, hingga ke tingkah Pemimpin Soviet Kruschev.
BACA JUGA: Cerita 64 Tahun Konferensi Asia Afrika Pertama di Bandung
Berbicara saat memberikan sambutan secara virtual dalam opening ceremony acara 'Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective', di Gedung ANRI, Jakarta Selatan, Senin, (7/11/2022) Megawati menjelaskan KAA adalah awal gerak solidaritas bangsa-bangsa Asia-Afrika menyatu.
Saat itu, para pemimpin bangsa dari 29 negara bertemu untuk memenuhi panggilan sejarahnya, berjuang untuk mewujudkan tata dunia baru yang seharusnya bebas dari kolonialisme dan imperialisme.
Megawati mengatakan bahwa dirinya teringat bagaimana sang ayah, Ir Soekarno, menceritakan sebelum terjadinya konferensi sampai berada di dalam konferensi.
“Jadi, yang paling saya kagumi adalah dengan caranya Bung Karno itu bisa mengajak yang namanya sekarang menjadi Republik Rakyat Tiongkok untuk ikut di dalam Konferensi Asia-Afrika tersebut. Ketika itu beliau berhubungan dengan Ketua Mao Zedong,” ungkapnya.
BACA JUGA: Megawati Khawatir Dunia Jadi 'Mabuk' Senjata Pemusnah Massal Ancam Kehidupan Manusia
“Beliau bilangnya begini, ‘Kalian itu jangan mengurung diri saja di dalam yang disebut tirai bambu. Sudah saatnya kalian pun harus ikut sebagai salah satu bangsa yang mempunyai penduduk terbesar di dunia.”
“Pendek ceritanya, yang dapat meyakinkan atas bantuan dari Perdana Menteri Zhou Enlai. Zhou Enlai sangat sepakat dengan Bung Karno. Akhirnya di situlah maka China itu ikut di dalam Konferensi Asia-Afrika dan dapat membuka dirinya menjadi seperti Tiongkok yang sekarang,” tambah Megawati.