Selain soal tempat ibadah, tingginya praktik moderasi beragama juga terlihat di kampus atau lembaga pendidikan. Di Kota Salatiga terdapat perguruan tinggi yang mahasiswanya berasal dari Sabang sampai Merauke.
Ini turut memberikan andil terhadap kemajemukan di Kota Salatiga. Bahkan Kota Salatiga yang dihuni oleh penduduk dari beragam suku, agama dan ras berbeda, namun kehidupan sosial dan kerukunan beragama bisa terjalin rukun, sejuk dan damai.
Ketua DPRD Kota Salatiga Dance Ishak Palit menuturkan Kota Salatiga dikenal sebagai Indonesia Mini karena terdapat lebih dari 30 etnis yang hidup berdampingan dengan menjaga semangat kebersamaan. Masyarakat juga bisa merawat kebhinekaan dan keberagaman.
“Ini tercapai berkat kerja keras dan peran serta tokoh agama, tokoh masyarakat, aparat keamanan serta masyarakat. Karena modal awal toleransi adalah memahami semua perbedaan dan semangat untuk merawat keberagaman tersebut,” katanya.
Dia menyatakan, proses menempatkan Kota Salatiga sebagai kota paling toleran se-Indonesia tidak pendek. Masyarakat juga berpengaruh dan memiliki peran penting dalam meraih prestasi ini.
“Kemudian yang juga berpengaruh adalah peran pemerintah terkait kebijakan, regulasi dan tindakan dalam mengelola gejolak di masyarakat,” tuturnya.
(Agustina Wulandari )