Asal-usul Awan Oort sendiri masih misterius.
Dia bisa saja terdiri dari ratusan miliar atau bahkan triliunan planetesimal berbatu — bongkahan batu atau es padat, mirip dengan komet, yang kerap kali juga merupakan materi pembentuk planet.
Tapi objek-objek ini, semuanya berkumpul dengan jarak beberapa kilometer hingga beberapa puluh kilometer, terlalu kecil untuk dilihat secara langsung dari Bumi, bahkan dengan teleskop kita yang paling canggih sekalipun.
Akan tetapi, salah satu studi terbaru memberikan wawasan lain tentang apa yang mungkin diperlukan agar Awan Oort terbentuk.
Simon Portegies Zwart dan rekan-rekannya di Universitas Leiden University di Belanda, menggunakan serangkaian simulasi komputer untuk mempelajari bagaimana Awan Oort terbentuk secara kronologis, dalam kurun waktu 100 juta tahun.
Ini adalah studi pertama yang menghubungkan setiap langkah dalam pembentukan awan secara bersamaan, alih-alih menelitinya secara terpisah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa awan tersebut "tidak terbentuk dengan cara sederhana, tetapi oleh semacam konspirasi alam, dengan sejumlah proses lain harus mengikuti," kata Portegies Zwart.
Planet-planet, bintang-bintang, dan Bima Sakti, semuanya punya peranan dalam pembentukannya, kata dia.
"Rumitnya proses ini mengejutkan saya."
Tapi hasilnya juga berarti, sistem tata surya kita bukanlah satu-satunya yang diselimuti oleh awan es yang begitu besar.
"Begitu Anda selesai memetakan berbagai prosesnya, awan ini ternyata merupakan konsekuensi alami dari evolusi sistem tata surya," lanjut Zwart.
Penelitian ini juga membuat perkiraan terkait materi apa saja yang terkandung di dalam Awan Oort.
Jika prediksi mereka akurat, Awan Oort mungkin mengandung materi yang asing bagi tata surya.
"Benda-benda dari bintang lain," ujar Zwart.
Gagasan bahwa Matahari mungkin telah mencuri materi dari tempat lain telah dikemukakan sekitar satu dekade lalu.
"Dalam gugus bintang kelahiran Matahari, bintang-bintang lain akan berkelompok dengan cukup rapat sehingga awan komet mereka saling tumpang tindih dan kusut," ujar Michele Bannister, astronom planet di Universitas Canterbury di Selandia Baru.
"Mereka kemudian saling terpisah ketika gugus bintang itu bubar."
Sama seperti Awan Oort yang mungkin mengandung komet-komet dari bintang lain, beberapa komet kita pun mungkin saat ini sedang mengorbit bintang lain karena proses ini.
Sebuah studi lain, pada November 2020, menunjukkan bahwa objek antarbintang bisa melebihi jumlah bintang-bintang dari tata surya kita sendiri.
Studi yang lain, yang hasil awalnya dirilis pada awal tahun ini, berhasil mengidentifikasi tiga bintang yang mungkin telah melewati Awan Oort.
Seberapa banyak tepatnya bagian dari Awan Oort yang berasal dari bintang-bintang lain, masih merupakan misteri. Dan bahkan mempelajari komet secara dekat tidak akan mampu menjawabnya.
"Akan sangat sulit menentukan komet mana yang tidak terbentuk di sini, namun mungkin penelitian di masa depan tentang komet pengunjung antarbintang dapat memberi kita sedikit pemahaman," ujar Kat Volk, ilmuwan planet dari Universitas Arizona.
Hasil penelitian Portegies Zwart dan timnya menunjukkan sekitar separuh dari benda-benda di bagian dalam Awan Oort dan seperempat dari bagian luarnya mungkin ditangkap dari tempat lain.
Memahami Awan Oort — dan komet-komet yang berasal dari tempat ini — dapat memberi kita beberapa petunjuk penting tentang asal-usul tata surya kita dan bagaimana dia terbentuk.
Objek-objek ini adalah beberapa benda yang dianggap paling murni dan berada dalam jangkauan relatif dekat, yang diperkirakan telah terbentuk pada saat yang bersamaan dengan terbentuknya planet.
"Akan sangat bagus bila kita dalat mengebor beberapa lubang di objek Awan Oort dan menganalisis materialnya," ujar Zwart.
Tapi Voyager 1, yang diluncurkan lebih dari 40 tahun yang lalu, masih berjarak sekitar sepersepuluh dari tepi tata surya kita ke Awan Oort, dan kemungkinan tidak akan melakukan kontak dengan benda apapun - kecuali terjadi tabrakan.
Mendapatkan sampel seperti yang diinginkan Zwart mungkin masih angan-angan.
Ada empat pesawat luar angkasa yang pada akhirnya akan sampai ke Awan Oort - Voyager 2, New Horizons, serta Pioneer 10 dan 11.
"Tapi butuh waktu yang sangat lama untuk sampai ke sana, sumber tenaga mereka akan sudah lama mati sebelum mereka bisa mencapainya," kata Opitom. "Itu terlalu jauh."
(Qur'anul Hidayat)