Kala NU Berubah Jadi Partai Politik dan Pecundangi Masyumi

Solichan Arif, Jurnalis
Rabu 08 Februari 2023 12:56 WIB
Logo NU. (Foto: Dok Ist)
Share :

Kongres telah mengantarkan Moh Natsir sebagai Ketua DPP dan sekaligus menjadikan orang-orangnya mendominasi partai.

Natsir melalui peraturan barunya, menyempitkan peran Majelis Syuro (Dewan Penasihat) yang diketuai KH Wahab Chasbullah. Dewan Syuro dilarang mencampuri urusan politik dan hanya dibolehkan memberi fatwa terkait hukum Islam.

Sementara di Masyumi, satu-satunya lembaga kepemimpinan yang didominasi NU hanya Majelis Syuro. NU memandang anggaran dasar baru itu meletakkan politisi pada posisi lebih tinggi dari ulama.

“Perubahan peran ulama dan Majelis Syuro ini merupakan penyebab utama pertikaian antara NU dengan kelompok Natsir,” tulis Greg Fealy dalam buku tersebut.

Di dalam Kongres Masyumi ke-4 di Yogyakarta itu, serangan kaum modernis terhadap ulama tradisionalis juga diperlihatkan terang-terangan.

Walikota Yogyakarta, Mr Saleh melontarkan ucapan yang memerahkan telinga warga NU. Dikatakannya bahwa politik merupakan dunia yang luas, dan bukan hanya menyangkut peristiwa seputar pondok dan pesantren. Ia juga mengatakan masalah politik terlalu luas untuk didiskusikan sambil menggenggam tasbih.

“Ucapan itu mengundang protes keras kaum tradisionalis, yang akhirnya menyebabkan utusan NU meninggalkan sidang,” kata Amak Fadholi dalam buku Partai NU.

NU semakin kecewa ketika usulan pengubahan struktur di Masyumi ditolak. Sebagai kekuatan terbesar di Masyumi, NU merasakan adanya pembagian kekuasaan yang tak seimbang.

Pasca Kongres Masyumi 1949 sejumlah aktivis NU mulai berkampanye untuk menarik diri dari Masyumi.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya