Misteri Pusaka Dipati Ukur, Panglima Perang Mataram yang Dihukum Mati

Avirista Midaada, Jurnalis
Selasa 11 April 2023 05:44 WIB
Misteri Pusaka Dipati Ukur (Foto: Dok/Avirista Midadaa)
Share :

DIPATI Ukur, panglima perang sekaligus orang kepercayaan Sultan Agung penguasa Kerajaan Mataram, harus meregang nyawa dengan cara ironis. Dipati Ukur yang dinyatakan membangkang perintah Sultan Agung pasca kekalahan di perang melawan VOC Belanda di Batavia, akhirnya menjadi buruan pasukan Mataram.

Sosok Dipati Ukur tertangkap di Gunung Lumbung, yang kini menjadi sebuah wilayah Batulayang, sekitar 3 kilometer sebelah barat alun-alun Cililin, Kabupaten Bandung Barat, pada tahun 1632. Setelah berhasil ditangkap, ia pun dihukum mati di Mataram.

Selama satu tahun lebih pelariannya dari pengejaran Kerajaan Mataram ia banyak meninggalkan benda-benda di tempat persembunyiannya. Konon Peri Mardiyono pada bukunya "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II", menyatakan sebenarnya ada banyak peninggalan Dipati Ukur yang sebagian besar ditemukan di tempat-tempat persembunyiannya selama bergerilya melawan Mataram.

Sejumlah wilayah seperti di Gunung Lumbung dan di Kampung Pabuntelan, yang dahulu menjadi ibu kota Tatar Ukur. Tempat-tempat itu sebagian besar berlokasi di wilayah Kabupaten Bandung. Barang-barang peninggalan Dipati Ukur yang ditemukan berupa bekas perkampungan, makam, senjata, piagam, patung, batu, lingga dan sejumlah barang lainnya.

Kemudian, sejumlah peninggalan Dipati Ukur yang ditemukan di Kampung Pabuntelan, bekas ibu kota Tatar Ukur, yang sekarang berada di Desa Mekarjaya yang dulu bernama Desa Tenjonagara, yaitu di perbatasan antara Desa Cipeujeuh dan Kecamatan Banjaran, sekitar 20 kilometer arah tenggara Kota Bandung.

Di kampung Pabuntelan itu ditemukan sebuah makam kecil, pohon beringin, sebidang tanah berbentuk persegi yang berpagar bambu, sebuah lingga batu, sebuah batu bundar, dan beberapa buah pohon paku haji. Kampung itu disebut dengan Pabuntelan, karena konon di kampung ini Dipati Ukur melepaskan pakaiannya, kemudian "dibuntel" atau dibungkus karena dikejar-kejar oleh pasukan Mataram.

Dari kampung Pabuntelan, Dipati Ukur diketahui melarikan diri sampai ke Cisanti (Gunung Wayang) dan Gunung Puntang. Peninggalan Dipati Ukur lainnya bisa ditemukan di Gunung Lumbung (Kecamatan Cililin). Di Gunung Lumbung ini ditemukan sejumlah peninggalan Dipati Ukur, di antaranya adalah patung yang berserakan, lingga dan patung batu yang telah rusak.

Meski banyak sumber menjelaskan bahwa Dipati Ukur telah dihukum mati oleh Sultan Mataram, namun hingga kini tidak diketahui dengan pasti di mana jasad Dipati Ukur dimakamkan. Beberapa dugaan menyebutkan bahwa beberapa lokasi disebut-sebut sebagai makam Dipati Ukur, yaitu Astana Luhur (Bojongmanggu), Puncak Gunung Geulis (Ciparay), Tepi Citarum (Desa Manggahang), Gunung Sadu (Soreang), kampung Cikatul/Pabuntelan (Pacet), Astana Handap (Banjaran), Gunung Tikukur (desa Manggahang) dan Pasir Luhur (Ujungberung Utara).

Namun, dari sekian tempat lokasi barang-barang peninggalan Dipati Ukur, banyak terdapat di Kecamatan Ciparay. Di tempat tersebut, Dipati Ukur bahkan sempat membangun permukiman di sebuah bukit bernama Bukit Cula yang sekarang terletak di Desa Gunung Leutik.

Di Ciparay, Dipati Ukur telah menyamar sebagai rakyat biasa, dan menyembunyikan identitas dan pakaian kebesarannya, termasuk sebuah duhung (keris) pusaka, warisan dari Raja Pajajaran, yang disebut Culanagara.

Tempat penyimpanan Culanagara kini diabadikan sebagai situs sejarah bernama Situs Culanagara atau Situs Bukit Cula. Pada tahun 2012, di kawasan situs tersebut didirikan sebuah palagan bernama Palagan Culanagara.

(Arief Setyadi )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya