Sementara itu, Amerika Serikat bergabung dengan Korea Selatan dan Jepang dalam mengutuk peluncuran tersebut, menyebutnya sebagai "pelanggaran terang-terangan" terhadap berbagai resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Pintu diplomasi belum tertutup tetapi Pyongyang harus segera menghentikan tindakan provokatifnya dan malah memilih keterlibatan," kata Adam Hodge, juru bicara Keamanan Nasional.
Dia menambahkan bahwa AS akan mengambil "semua tindakan yang diperlukan" untuk melindungi dirinya sendiri dan sekutunya.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mengutuk langkah tersebut, mengatakan setiap peluncuran oleh Pyongyang yang menggunakan teknologi rudal balistik "bertentangan" dengan resolusi dewan keamanan yang relevan.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah mengidentifikasi pengembangan satelit militer sebagai komponen kunci pertahanan negaranya.
Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul, mengatakan pemerintah Korea Utara "kemungkinan melihat dirinya dalam perlombaan luar angkasa", dan apakah misi satelitnya saat ini berhasil atau tidak, dapat diharapkan untuk mengeluarkan propaganda politik tentang kemampuan ruangnya.
(Susi Susanti)