KAPAL selam wisata Titan kehilangan kontak dengan kapal induknya di permukaan laut - Polar Prince - satu jam lebih 45 menit setelah menyelam ke dasar samudra melihat bangkai kapal Titanic pada Minggu (18/06) lalu.
Mengutip BBC, tim penyelamat berpacu dengan waktu dalam misi mencari kapal selam wisata yang mengangkut lima orang itu.
Namun, bagaimana tim penyelamat ini berupaya menemukan kapal selam yang hilang selama dua hari di dalam Samudra Atlantik, dan apa saja tantangan yang dihadapi saat mereka menemukannya?
Pada Selasa (20/06) pukul 18:00 waktu setempat, para ahli memperkirakan kapal selam ini hanya memiliki ketersediaan oksigen sekitar 40 jam.
BACA JUGA:
Bangkai kapal Titanic berada sekitar 700km dari selatan St John's, Newfoundland, meskipun misi penyelamatannya dioperasikan dari Boston, Massachusetts.
Berbagai lembaga dari Amerika Serikat dan Kanada, angkatan laut, serta kapal-kapal laut dari perusahaan komersial, ikut terlibat dalam operasi penyelamatan. Pesawat militer, kapal selam, dan pelampung sonar juga dikerahkan dalam misi pencarian ini.
Polar Prince pun bergabung dengan kapal pembentang kabel bawah laut Deep Energy, sementara kapal derek dan kapal suplai Atlantic Merlin sedang dalam perjalanan menuju ke lokasi.
BACA JUGA:
Kapal penjaga pantai Kanada dijadwalkan tiba malam ini, dan juga kapal-kapal lain dari Angkatan Laut AS. Kapal-kapal swasta turut dalam pencarian.
Kapten Jamie Frederick, dari Penjaga Pantai AS mengatakan kru AS dan Kanada "bekerja sepanjang waktu" selama "upaya pencarian yang kompleks".
Profesor Alistair Greig, ahli kapal selam dari University College London, mengatakan satu dari persoalan besar yang dihadapi adalah tim penyelamat tidak tahu apakah harus mencari di dasar atau permukaan laut - "sangat kecil kemungkinan" kapal selam wisata itu ada di antaranya - dan memperingatkan pencarian di kedua lapisan ini memiliki tantangan tersendiri.
Pencarian di permukaan
Penjaga Pantai AS mengatakan kapal riset Polar Prince - yang digunakan untuk mengangkut kapal selam ke lokasi kapal Titanic sekaligus kapal induk ekspedisi turis - telah melakukan pencarian di permukaan sejak Senin (19/06) malam.
Pesawat Hercules C-130 - dari AS dan satu dari Kanada - juga terlibat dalam pencarian di bagian permukaan laut, berusaha untuk mendeteksi kapal selam itu dari udara.
USCG mengatakan pencarian sudah dilakukan pada radius 7.600 mil persegi pada pukul 18:00.
Frank Owen, mantan direktur proyek penyelamatan kapal selam Australia berkata kepada BBC, kapal selam itu mungkin bisa memberi sinyal pertolongan kepada tim penyelamat ketika sampai di permukaan.
"Akan ada pemancar radio transmiter, sinyal GPS," katanya. "Akan ada lampu sorot, dan reflektor radar untuk membantu tim penyelamat menemukan mereka."
Namun, jika kapal itu tak bisa mengirim sinyal tanda bahaya karena alasan apa pun, Prof Greig mengatakan: "kapal itu berukuran mobil bus sedang, dan berwarna putih, jadi mencoba melihatnya dari udara... akan menjadi tantangan yang nyata."
Perubahan cuaca dan jarak pandang yang buruk juga menjadi tantangan yang bagi tim.
Pencarian di kedalaman samudra
Tim penyelamat juga harus menyisir kedalaman yang bisa mencapai 4km untuk kapal selam sepanjang 6,7 meter - karena radio dan sinyal GPS tidak dapat menembus air.
Pihak Penjaga Pantai AS mengonfirmasi bahwa mereka memperluas pencarian ke perairan yang lebih dalam pada Selasa. Pesawat P3 Aurora milik Kanada telah tiba di lokasi untuk melakukan pencarian dengan sonar. Pelampung sonar juga dikerahkan di lokasi.
Pelampung sonar atau sonobuoys mendeteksi dan mengidentifikasi objek yang bergerak di bawah laut - dan perangkat ini kerap digunakan untuk mendeteksi kapal selam musuh.
Pelampung ini menangkap suara yang dihasilkan oleh baling-baling dan mesin [deteksi pasif] - yang juga dapat meliputi suara bising yang dibuat awak di lambung kapal selam - atau dengan memantulkan "ping" sonar ke permukaan kapal (deteksi aktif) dan menangkap gema yang kembali.
Owen memperingatkan bahwa ini akan sangat sulit menemukan kapal selam tersebut saat berada di dalam laut karena ukurannya, dan karena kapal selam ini berada di tengah-tengah area bebatuan yang diakibatkan oleh tenggelamnya kapal Titanic.
"Ini seperti mencari ranjau di ladang ranjau," katanya kepada BBC, sambil menambahkan perangkat ini sulit mengetahui apakah benda tersebut batu atau bukan.
(Qur'anul Hidayat)