JAKARTA – Soekarno atau Bung Karno menjadi sosok penting bagi sejarah Indonesia. Namanya tidak bisa dilepaskan dari pergerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia bahkan pernah mempelopori berdirinya sebuah partai pada 1927.
Berikut partai-partai yang pernah dihuni oleh Soekarno dari berbagai sumber:
1. Partai Indonesia
Partai Nasional Indonesia (PNI) terpecah menjadi dua golongan ketika Soekarno mendekam di Penjara Sukamiskin, Bandung,
Perpecahan ini terjadi karena adanya perbedaan pendapat yang terjadi di internal partai.
Bubarnya PNI pada 1931 diikuti dengan terbentuknya Partai Indonesia atau Partindo dan PNI Baru. Partindo dipimpin oleh Sartono, sementara Mohammad Hatta dan Sjahrir menggawangi PNI Baru.
Setelah keluar dari penjara, Soekarno bergabung ke dalam Partai Indonesia pada 1932. Bergabungnya Soekarno di Partindo semakin memperkuat partai tersebut. Sama halnya dengan PNI di masa sebelumnya, Partindo juga mendapat pengawasan yang intens dari pemerintah.
Pemerintah menganggap kegiatan Partindo tergolong radikal. Hal inilah yang kemudian membuat partai menemui kesulitan untuk dapat berkembang. Hingga akhirnya, di tahun 1936, Partindo dibubarkan.
Sebelumnya, pada 1934, Soekarno ditangkap dan dibuang ke Ende. Penangkapan Soekarno ini dipicu oleh kegiatan politik Soekarno yang dinilai membahayakan oleh pemerintah kolonial.
2. Partai Nasional Indonesia
Partai Nasional Indonesia (PNI) merupakan partai yang didirikan Soekarno dengan dukungan teman-temannya.
PNI lahir pada 4 Juli 1927. Sebelum dikenal sebagai Partai Nasional Indonesia, partai ini memiliki nama Perserikatan Nasional Indonesia. Pendirian PNI berkaca dari latar belakang situasi politik saat itu.
Pada 1927, Indonesia tidak memiliki partai yang kuat. Oleh karena itu, Soekarno yang menyadari situasi tersebut berkeinginan untuk membuat suatu wadah perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui jalur politik yang kuat.
Ketenaran PNI melesat begitu cepatnya karena ditopang oleh ketenaran Soekarno sebagai pelopornya. Menurut Soekarno, perjuangan kemerdekaan tidak perlu lagi dilakukan secara sembunyi-sembunyi, melainkan harus dilakukan secara terang-terangan. Pendapat tersebut menuai beragam kritik dari banyak pihak. Beberapa orang menganggap tindakan Soekarno terlalu gegabah dan menilai bahwa Indonesia masih belum siap untuk merdeka.
Mendengar pendapat tersebut, Soekarno setuju bahwa persiapan menuju kemerdekaan memang diperlukan namun tidak dengan cara perlahan-lahan. Menurutnya, Indonesia sudah cukup terjajah dalam waktu yang sangat lama dan ia memandang bahwa Belanda sangat pantas dijadikan lawan bersama.
Untuk menguatkan mental para anggota partai PNI, Soekarno melakukan revolusi mental pada 1928. Revolusi ini dilakukan dengan memberikan seragam untuk semua anggota partai PNI. Hal ini merupakan upaya awal dalam menyetarakan orang Indonesia dengan Belanda yaitu membuat cara berpakaian antara keduanya.
Setelah itu PNI mulai bergerak dengan aktif. PNI semakin tumbuh dan secara massif melakukan propaganda serta menggelar pidato di beberapa wilayah Bandung.
Atas tindakan Soekarno yang dianggap radikal oleh pemerintahan Belanda, polisi Belanda pun selalu mengawasi gerak-gerik PNI, dengan juga memberi tekanan terhadap partai itu.
Setelah beberapa lama, upaya penangkapan dan pengadilan untuk Soekarno akhirnya dilakukan. Saat vonis pengadilan diberikan, Soekarno masih sempat untuk memberikan pidato pembelaan yang digunakan untuk menyemangati para pejuang. Pidato ini kemudian dibukukan dengan judul ‘Indonesia Menggugat’.
Pada 1930, pengadilan memberikan keputusan bahwa Soekarno diberi hukuman kurungan atau penjara selama 4 tahun. Sebelumnya, Soekarno sempat ditahan di Penjara Banceuy selama delapan bulan. Namun, Soekarno dibebaskan pada 31 Desember 1931 dari Penjara Sukamiskin.
(Susi Susanti)