Konflik dimulai setelah kepala tentara, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dan kepala Pasukan Dukungan Cepat (RSF), Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, berselisih tentang masa depan negara.
RSF menguasai sebagian besar Khartoum dan kota kembarnya Omdurman dan Bahri. Tentara telah sering melakukan serangan artileri dan udara untuk mencoba mengusir para pejuang paramiliter. Tetapi serangan pada Sabtu (8/7/2023) diperkirakan dapat mengakibatkan salah satu korban tewas terbesar dari satu serangan.
Dua belas minggu konflik telah membuat penduduk sipil di ibu kota ketakutan. Toko dan pasar jarang buka dan hampir semua fasilitas medis tutup.
Bentrokan telah menyebar ke luar kota, termasuk ke wilayah Darfur barat yang telah menyaksikan pecahnya kekerasan etnis.
Di seluruh negeri, ratusan orang tewas dan hampir tiga juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Ada upaya yang sebagian berhasil untuk mengamankan gencatan senjata sementara, tetapi ini tidak pernah berlangsung lama.
Blok regional Afrika Timur Igad sedang mencoba untuk memulai kembali pembicaraan damai pada pertemuan puncak di Ethiopia pada Senin (10/7/2023) mendatang.
Namun juru bicara Jenderal Burhan mengatakan dia tidak akan menghadiri pertemuan itu.
(Susi Susanti)