Dalam Perang Jawa, Diponegoro mampu membuat Belanda rugi besar. Sekitar 25 Juta Golden Belanda waktu itu habis untuk membiayai perang melawan Diponegoro.
“Sebanyak 15.000 tentara Belanda juga tewas, sedangkan pejuang bangsa yang gugur syuhada 200.000 orang," ujarnya.
Pangeran Diponegoro wafat pada 8 Januari 1855, persis saat matahari terbit, pukul 06.30 pagi. Pangeran Diponegoro dimakamkan dekat pusara putra keduanya Sarkumo sesuai keinginan almarhum.
Dikutip Sagimun MD dalam Pahlawan Dipanegara Berjuang (1965), Pangeran Diponegoro meninggal karena “kondisi fisik yang sudah menurun lantaran usia lanjut."
Peter Carey mengutip beberapa surat kabar seperti Javasche Courant (03/02/1855) dan Niuew Rotterdamsche Courant (02/04/1855), mengenai pemakaman Pangeran Diponegoro.
Pemakaman dilakukan dengan hak-hak penuh menurut agama Islam dan dengan penghormatan yang pantas sesuai martabatnya yang terlahir sebagai bangsawan.
(Artikel ini pernah ditulis Doddy Handoko)
(Arief Setyadi )