3. Perjanjian Renville Ditandatangani Belanda dan Indonesia
Perjanjian Renville adalah kesepakatan antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani pada 17 Januari 1948. Penandatanganan dilakukan di atas geladak kapal perang Amerika Serikat, USS Renville, yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Perundingan ini dimulai pada 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia. Dari pihak Indonesia, perundingan ini diwakili Amir Syarifudin. Sedangkan perwakilan pihak Belanda oleh R Abdulkadir Widjojoatmodjo. Ia merupakan warga Indonesia yang memihak Belanda.
Isi perjanjian Renville ini adalah Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Republik Indonesia. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda itu mengakibatkan setiap Tentara Nasional Indonesia yang berada di daerah pendudukan Belanda di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur harus berpindah atau dipaksa tarik mundur ke daerah Republik Indonesia.
Guna memecah belah Republik Indonesia, Belanda juga membuat "negara boneka", di antaranya Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara Jawa Timur. Perjanjian Renville ini menimbulkan banyak kerugian bagi Indonesia sehingga timbulnya Agresi Militer Belanda II.
4. Iran Setop Kirim Jamaah Haji ke Makkah
Sejak 17 Januari 2010, Pemerintah Iran berhenti mengirim jamaah calon haji ke Makkah, Arab Saudi. Keputusan itu diambil karena Kepolisian Arab Saudi dituding telah melakukan beberapa kekerasan terhadap penganut Syiah yang sedang melakukan ziarah di sana.
Pada Januari 2016, Pemerintah Arab Saudi akhirnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, menyusul penyerbuan para demonstran Iran ke misi-misi diplomatiknya. Penyerbuan tersebut sebagai luapan kemarahan atas eksekusi mati yang dilakukan otoritas Saudi terhadap seorang ulama Syiah terkemuka.
Hubungan Iran dan Saudi akhirnya dilanda ketegangan sejak tragedi Mina pada September 2015. Ini merupakan tragedi puluhan ribu jamaah haji yang berjalan dan berhimpitan, sehingga mengakibatkan banyak orang tewas terjepit, terinjak-injak, dan kehabisan napas. Sedikitnya 464 jamaah asal Iran termasuk ke ribuan jemaah asing yang tewas.
Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al Jubeir menuduh Iran menjadikan tragedi Mina sebagai isu politik karena kedua negara tersebut tengah sengit dalam persaingan untuk memperebutkan pengaruh di kawasan Teluk.
(Awaludin)