Pada masa lampau, masyarakat tanah air tidak mengetahui wajah dari para walisongo. Mereka hanya bisa mendengar cerita tentang para wali dan perjalanan dakwahnya dari mulut ke mulut.
Hingga pada tahun 1871, seorang bernama Raden Sayyid membuat sebuah lukisan yang menampilkan sosok kesembilan walisongo tengah menunggang kuda di depan Masjid Agung Demak dengan nuansa seperti pada waktu subuh.
Tampak dalam lukisan itu para wali berjejer dengan penuh kharisma. Kuda yang mereka tunggangi juga tampak sangat gagah dan sangat berbeda dengan lukisan-lukisan kuda lainnya.
Lukisan berukuran 360 cm x 230 cm itu diduga adalah lukisan pertama yang menampilkan wajah walisongo. Konon, Raden Sayyid selaku pelukis perlu melakukan ritual dan tirakat untuk bisa mendapat gambaran sempurna terkait penampilan walisongo berkuda itu.
Melalui lukisan ini, seluruh masyarakat Indonesia akhirnya mengetahui gambaran para walisongo. Dari lukisan ini pula banyak lukisan lain dan juga buku pembelajaran agama Islam yang menggunakan lukisan ini sebagai referensi dalam menceritakan tokoh para wali.
Saking berharganya lukisan ini, konon karya Raden Sayyid ini memiliki harga hingga miliaran rupiah. Meski begitu, lukisan walisongo ini tidak dijual. Dan hanya bentuk digitalnya saja yang dijual dalam wujud Non-Fungible Token (NFT).
(Rina Anggraeni)