Ada banyak spekulasi tentang apa sebenarnya yang diinginkan kedua belah pihak dari satu sama lain. Dan tampaknya hal ini bermuara pada keamanan pasokan.
Ilmuwan politik dan sekutu Putin, Sergei Markov mengatakan Rusia kemungkinan besar sedang mencari amunisi, pekerja konstruksi, bahkan sukarelawan untuk pergi ke garis depan di Ukraina.
Sebagai balasannya, Pyongyang bisa mendapatkan produk-produk Rusia, serta bantuan teknologi untuk tujuan militer, termasuk program rudal jarak jauhnya yang pada akhirnya dapat menjangkau AS.
Tidak ada keraguan bahwa Rusia perlu mendukung perangnya di Ukraina.
Laporan Bloomberg baru-baru ini, yang mengutip kementerian pertahanan Korea Selatan, menunjukkan bahwa Korea Utara telah mengirimkan hampir lima juta peluru artileri ke Rusia.
Menemukan mitra yang sama-sama meremehkan sanksi dan Barat, dan oleh karena itu ingin melakukan perdagangan, adalah nilai jual utama bagi Rusia.
Bagaimanapun, Rusia dan Korea Utara adalah dua negara yang paling banyak terkena sanksi di dunia. Korea Utara terkena sanksi karena mengembangkan senjata nuklir dan meluncurkan serangkaian uji coba rudal balistik.
Awal tahun ini, Moskow memberikan pukulan telak terhadap sanksi terhadap Pyongyang dengan memveto resolusi Dewan Keamanan PBB untuk memperluas panel yang mengawasi sanksi tersebut.
(Susi Susanti)