Relawan RK Gandeng Komunitas Disabilitas Rumuskan Jakarta yang Lebih Humanis

Awaludin, Jurnalis
Sabtu 06 Juli 2024 21:50 WIB
Relawan RK saat diskusi bersama kaum disabilitas (foto: dok ist)
Share :

JAKARTA - Seluruh warga Jakarta harus mendapatkan pelayanan yang sama, termasuk komunitas disabilitas. Oleh karena itu, aspirasi untuk mewujudkan kota Jakarta yang humanis harus disuarakan. Berbagai inovasi dan perbaikan dalam pembangunan harus terus melibatkan kelompok rentan sejak dalam perencanaan.

Relawan Kita (RK) menggelar diskusi dengan sejumlah komunitas disabilitas di Jakarta yang dilaksanakan di Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Diskusi tersebut dipandu Budi Prasojo, Kepala Sekolah Luar Biasa Ganda Rawinala yang juga anggota Dewan Kota Jakarta Timur.

“Sebenarnya sudah ada sejumlah peraturan, dari tingkat undang-undang hingga turunannya, namun bagaimana pelaksanaannya? Pemerintah juga harus bergeser pandangannya dari sekadar memenuhi kebutuhan fisik saat ini ke arah bagaimana kehidupan kelompok disabilitas dalam jangka panjang,” papar anggota RK, Dani Taufiq Rachman dalam keterangannya, Sabtu (6/7/2024).

Sementara itu, Ketua Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Jakarta, Leindert Hermeinadi mengatakan, sudah ada kebijakan-kebijakan yang baik, namun pelibatan sejak perencanaan yang kurang.

“Ambil contoh sederhana, pembangunan trotoar. Coba kami dilibatkan. Bagaimana supaya dapat diakses oleh pemakai kursi roda, bagaimana pemilihan material yang tidak licin, bagaimana guiding block untuk penyandang netra yang pas. Dengan pelibatan maka anggaran untuk kaum disabilitas akan optimal,” urai aktivis disabilitas yang akrab disapa Didi ini.

Salah satu kelompok yang harus mendapatkan perhatian dalam isu disabilitas ini adalah orang tua dan keluarga yang memiliki anak atau anggota keluarga dengan disabilitas dan kebutuhan khusus. Aspirasi ini disampaikan oleh Rini yang mewakili Perkumpulan Orang Tua Anak Disabilitas Indonesia (PORTADIN) Jakarta.

“Bis sekolah untuk disabilitas sudah ada, tapi waktu mendampingi anak, saya tidak boleh naik dengan alasan saya bukan disabilitas. Berarti ini ada pemahaman yang belum merata tentang kebutuhan disabilitas. Padahal, tidak mungkin saya melepas anak saya sendiri,” Rini menceritakan pengalamannya.

Rini dan Didi mengharapkan agar pemerintah kota Jakarta menyediakan call center untuk kanal pengaduan dan tanggap darurat disabilitas.

Aspirasi mengenai transportasi umum juga disampaikan Toto Sugiarto dari Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Jakarta. Toto mengapresiasi JakLingko yang sudah masuk ke kampung-kampung namun belum ada layanan tambahan untuk kelompok disabilitas, terutama disabilitas netra.

“Belum ada tanda khusus di halte JakLingko untuk tunanetra, misalnya huruf braille atau panduan yang bisa diraba. Atau, sopirnya tidak mengerti sehingga lewat saja. Juga karena jarak halte yang kadang-kadang jauh, saya menyarankan, khusus untuk disabilitas dan lansia, JakLingko bisa berhenti di mana saja dengan tanda khusus,” tambah Toto.

Selain transportasi umum, isu lain yang mengemuka adalah tata kelola Kartu Penyandang DIsabilitas Jakarta (KPDJ). Ada yang menceritakan pengalaman permintaan KPDJ yang ditolak dengan alasan yang tidak jelas, ada yang mengajukan KPDJ namun yang diterima adalah Kartu Lansia. Belum lagi fitur-fitur dalam Kartu Pekerja Jakarta (KPJ) yang hilang, terutama untuk disabilitas.

Ketua Umum RK, Henry Baskoro menekankan kembali pentingnya pelibatan disabilitas dan kelompok rentan sejak tahap perencanaan pembangunan. Selain itu, harus ada standarisasi waktu yang cepat untuk penanganan masalah teknis yang berdampak pada pelayanan kaum disabilitas.

“Contoh yang saya alami sendiri, lift di halte transit antarmoda di dekat Stasiun Cawang mati. Sampai dua minggu masih mati. Bagaimana kaum disabilitas terlayani? Jika tidak ada lift, teman-teman disabilitas harus melewati ramp yang curam sampai tiga tingkat. Ini harus dijawab dengan standarisasi pelayanan kota,” tambah Henry.

Henry mengharapkan diskusi dengan disabilitas dan kelompok rentan lainnya terus bergulir sehingga aspirasi mewujudkan Jakarta sebagai kota yang humanis dapat terwujud.

Sebagaimana diketahui, Relawan Kita adalah kelompok independen yang mendukung Ridwan Kamil dalam pemilihan gubernur Jakarta. RK telah memiliki struktur kepengurusan di lima kota administratif dan Kabupaten Pulau Seribu.

Ridwan Kamil yang hadir dalam konsolidasi kelompok ini pada akhir Juni lalu sempat membahas mengenai kota yang humanis.

Menurut arsitek lulusan Institut Teknologi Bandung ini, kota yang humanis adalah ketika orang merasa aman dan nyaman ketika berada di luar ruangan, bahkan kelompok-kelompok rentan sekalipun, seperti anak-anak, perempuan, lansia, dan disabilitas. Karena itu, kata Ridwan Kamil, Jakarta membutuhkan perubahan yang dibawa oleh pemimpin yang memiliki imajinasi.

(Awaludin)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya