JAKARTA - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Sultan B Najamudin mengingatkan soal pembangunan yang ramah lingkungan sesuai dengan asta cita kedelapan Presiden Prabowo Subianto. Di mana, asta cita kedelapan Presiden Prabowo menekankan pentingnya lingkungan hidup berkelanjutan.
Dalam visi tersebut, pemerintah menargetkan pembangunan yang ramah lingkungan, mendorong ekonomi hijau, dan menjaga keanekaragaman hayati. Sultan menegaskan bahwa arah perjuangan ekologis harus melibatkan negara, rakyat, dan masyarakat sipil secara bersama.
Demikian disampaikan Sultan saat meresmikan tugu keadilan ekologis sekaligus menghadiri deklarasi Hari Keadilan Ekologis Sedunia di Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu 20 September 2025. Agenda ini merupakan puncak Pekan Raya Lingkungan Hidup ke-14 yang digelar Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) bersama ratusan aktivis lingkungan dari Indonesia dan dunia.
"Demokrasi kita harus menjadi green democracy: mendengarkan suara rakyat sekaligus suara alam yang harus dijaga," kata Sultan, dikutip Minggu (21/9/2025).
Sultan menegaskan, tugu ini bukan sekadar monumen, tetapi simbol perjuangan martabat bangsa. Ia menekankan bahwa keadilan ekologis menyangkut hak sungai untuk mengalir tanpa racun, hak hutan untuk tumbuh tanpa dibakar, serta hak setiap makhluk untuk hidup dalam keseimbangan yang adil.
"Melalui Tugu Keadilan Ekologis, kita tegaskan bahwa perjuangan ekologis adalah perjuangan martabat bangsa. Ini bentuk kolaborasi rakyat, aktivis, dan negara," kata Sultan yang juga penulis buku Green Democracy.
Sultan juga menyampaikan DPD RI telah mengusulkan dua RUU prioritas, yakni RUU Pengelolaan Perubahan Iklim dan RUU Perlindungan Masyarakat Adat. Keduanya diharapkan menjadi payung hukum dalam menghadapi ancaman krisis iklim sekaligus menjaga ruang hidup masyarakat adat.
Menurut Sultan, 20 September harus menjadi pengingat bagi bangsa bahwa bumi adalah titipan yang harus diwariskan dalam keadaan lebih baik. Ia mengajak agar perjuangan ekologis tidak berhenti pada seremoni, tetapi menjadi gerakan nasional.
"Sumba adil bagi alam, alam adil bagi manusia. Di situlah letak keadilan sejati," pungkasnya
(Arief Setyadi )