BISSAU - Krisis politik kembali mengguncang Guinea-Bissau setelah sekelompok perwira militer mengumumkan, bahwa mereka telah merebut kekuasaan pada Rabu 27 November 2025, hanya sehari sebelum hasil pemilihan presiden yang sengit dijadwalkan diumumkan.
Juru bicara kelompok tersebut, Diniz N'Tchama, mengatakan bahwa militer telah menggulingkan Presiden Umaro Sissoco Embalo, menangguhkan proses pemilu, menutup seluruh perbatasan, dan memberlakukan jam malam di seluruh negeri.
Tak lama setelah pengumuman itu, Embalo mengatakan bahwa ia telah “digulingkan” dari kekuasaannya. Meski demikian, belum ada konfirmasi resmi apakah ia telah ditahan. Dua sumber keamanan mengungkapkan kepada Reuters, bahwa Embalo berada di kantor Kepala Staf Angkatan Darat.
Militer Bentuk “Komando Militer Tinggi”
Para perwira yang memimpin kudeta menyebut bahwa mereka telah membentuk entitas bernama “Komando Militer Tinggi untuk Pemulihan Ketertiban”, yang akan memerintah negara Afrika Barat tersebut sampai waktu yang belum ditentukan.
Belum ada kepastian apakah para pelaku kudeta telah menguasai seluruh wilayah atau memperoleh dukungan penuh dari angkatan bersenjata Guinea-Bissau yang selama ini dikenal terpecah belah.
Tokoh Politik Jadi Sasaran Penahanan
Kekacauan politik juga menyasar tokoh-tokoh penting. Dalam sebuah video yang dirilis oleh tim kampanyenya, Fernando Dias penantang utama dalam pemilu mengatakan, bahwa ia berada dalam keadaan aman setelah orang-orang bersenjata mencoba menahannya. Ia mengklaim bahwa kudeta ini merupakan “simulasi” yang dibuat untuk menggagalkan kemenangan dirinya dalam pemilihan.
Dias juga mengatakan bahwa mantan Perdana Menteri Domingos Simoes Pereira, yang pernah dikalahkan Embalo pada pemilu 2019, telah ditahan oleh militer.
Komisi Uni Afrika dan organisasi regional Afrika Barat ECOWAS menyampaikan “keprihatinan mendalam” atas situasi di Guinea-Bissau. Dalam pernyataan bersama, kedua lembaga itu menegaskan bahwa sejumlah pejabat pemilu telah ditangkap dan menyerukan pembebasan segera seluruh tahanan politik.
Negara Rawan Kudeta
Guinea-Bissau yang berpenduduk sekitar dua juta jiwa dikenal sebagai salah satu negara paling tidak stabil di Afrika Barat, dengan sejarah panjang kudeta dan percobaan kudeta sejak kemerdekaannya. Negara ini juga memiliki reputasi sebagai jalur transit kokain menuju Eropa, yang semakin memperkeruh situasi politik dalam negeri.
(Awaludin)