Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Awal Konflik Preman-Ormas di Solo Terjadi Sejak 2008

Bramantyo , Jurnalis-Minggu, 06 Mei 2012 |00:16 WIB
Awal Konflik Preman-Ormas di Solo Terjadi Sejak 2008
(Foto:Bramantyo/okezone)
A
A
A

SOLO- Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) menganggap insiden bentrokan yang terjadi di Gandekan, Jebres, Solo, Jawa Tengah, tidak sampai terjadi bila aparat kepolisian tidak membiarkan dendam lama diantara kedua kelompok bertikai ini berlangsung.

Ketua I DPP LUIS Ustadz Edi Lukito saat pertemuan tokoh masyarakat dan tokoh agama,di rumah dinas Wali Kota, Lodji Gandrung, Solo, Jawa Tengah, mengatakan, kasus yang terjadi di Gandekan, sebenarnya diawali sejak tahun 2008. Saat itu, telah terjadi  bentrok antara laskar dengan warga Kusumodilagan yang menyebabkan tewasnya seorang warga Kipli.

Dalam kasus ini, LUIS menduga ada permainan dari pihak kepolisian sehingga kasus tersebut terkesan berat sebelah dan menyudutkan laskar Islam. "Ketika itu LUIS sudah menyampaikan kepada aparat kepolisian bahwa sebanyak 50 orang preman di wilayah Kusumodilagan membawa senjata tajam untuk melawan Laskar Islam, namun tidak direspon oleh aparat,"jelas Ustadz Edi Lukito, Sabtu (5/5/2012).

Menurut Ustadz Edi Lukito, Indikasi ketidaknetralan kepolisian juga tampak ketika kepolisian menangkap sebanyak 117 anggota Laskar.

Sementara dari kelompok preman tidak ada yang diproses secara hukum. Selanjutnya dari 117 anggota laskar yang ditangkap tersebut, 7 orang diantaranya dijadikan dan dikondisikan menjadi tersangka. "Padahal 7 orang tersebut tidak terindikasi melakukan pembunuhan terhadap Kipli. Termasuk dalam kasus Gandekan ini, pasti  ada  permainan dari aparat keamanan untuk membuat kota Surakarta menjadi tidak kondusif," ujarnya.

Bahkan, tambah Edi Lukito, dalam insiden yang terjadi di Gandekan, Jebres, Solo, Jawa Tengah, ada kesan pembiaran dari aparat keamanan rumor yang beredar di masyarakat yang menyebutkan korban bentrokan di hari pertama, Kamis (3/5/2012) berasal dari  anggota Laskar.

"Padahal korban tersebut sebenarnya hanyalah warga biasa yang kebetulan menjadi Jemaah Masjid Muhajirin. Seharusnya rumor tersebut segera dicegah,jangan dibiarkan," katanya.

Untuk itu, LUIS mendesak kepada Muspida, dalam hal ini Pemkot Solo, Jawa Tengah segera menjelaskan fakta yang terjadi sebenarnya. Pasalnya, insiden dua hari yang sudah terjadi di Solo,Jawa Tengah,sudah menjadi komoditas nasional dan sekaligus untuk mencegah Solo menjadi Ambon kedua.

(Stefanus Yugo Hindarto)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement