 
                
PYONGYANG – Korea Utara (Korut) dilaporkan tengah mengalami bencana kekeringan terparah dalam satu abad terakhir. Kekeringan ini telah berlangsung sejak musim semi. Namun, tampaknya kolam renang dan taman bermain di sana tidak mengalami kekurangan air.
Sementara rakyat jelata Korut dimobilisasi menggarap sawah untuk mengatasi masalah pangan akibat kekeringan, golongan elite Korut justru menikmati sejuknya bermain air di tengah cuaca panas.
“Tawa penuh kebahagiaan terdengar tanpa henti dengan orang-orang terlihat penuh kegembiraan dan kehidupan,” demikian reporter menarasikan orang-orang yang bergembira di Munsu Water Park, Pyongyang, yang disiarkan oleh Korean Central Television.
Siaran ini mendapat kritik keras dari warga yang dimobilisasi untuk mengerjakan sawah-sawah yang dilanda kekeringan parah.
“Sangat membakar emosi saat kami melakukan hal ini (bekerja di sawah) dan melihat pemandangan orang-orang kaya bermain di kolam,” kata seorang warga di Provinsi Hankyung Utara, sebagaimana dikutip dari Daily NK, Kamis (18/6/2015).
Dia mengkritik pemimpin Korut Kim Jong-un yang dirasa tidak dewasa dengan menanyangkan laporan semacam itu. Menurut sumber tersebut, kebijakan mobilisasi seharusnya diberlakukan bagi semua orang yang makan nasi, bukan hanya kepada rakyat jelata.
“Bahkan saat air ada dalam jumlah mencukupi, mereka tidak seharusnya menyalurkan air untuk kolam renang selama musim menanam, apalagi saat keadaan kekeringan seperti saat ini,” tambahnya.
Kritik dari warga Korut juga semakin terdengar menentang kebijakan yang mengizinkan kader partai di Pyongyang untuk melakukan kegiatan bersenang-senang seperti yang mereka lakukan di kolam renang.
Sejak Kim Jong-un memegang kekuasaan di Korut, banyak proyek pembangunan fasilitas pelesir seperti Munsu Water Park yang dibangun. Donju, golongan kelas menengah yang kaya di Korut, juga diizinkan untuk membuat fasilitas seperti kolam renang dan mandi uap dengan harapan bisnis fasilitas seperti ini dapat menyebar ke daerah lain.
Namun dalam keadaan krisis energi listrik dan kekurangan air yang terjadi, kebijakan tersebut menimbulkan banyak kritik dari warga Korut. Mereka beranggapan kebijakan tersebut tidak mencerminkan kebutuhan sebagian besar warga Korut.
(Hendra Mujiraharja)