Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Pelestari Tarian Magis di Lereng Gunung Ungaran

Taufik Budi , Jurnalis-Jum'at, 11 Desember 2015 |10:13 WIB
Kisah Pelestari Tarian Magis di Lereng Gunung Ungaran
foto: Taufik Budi/iNews
A
A
A

SEMARANG - Ratusan pemuda pengangguran di lereng Gunung Ungaran, Jawa Tengah, dihimpun untuk bermain kuda lumping. Mereka membentuk paguyuban yang bertujuan melestarikan berbagai seni tari tradisional yang kental dengan nuansa magis. Tari-tarian itu dimainkan dengan media kuda lumping dan barong.

“Awalnya dulu mereka itu liar, terus ada yang datang ke saya untuk dibimbing. Jumlah tersebut terus bertambah hingga saat ini sekira 115 orang,” kata Ketua Paguyuban Wahyu Sekar Langen Budoyo, Prayogi, kepada Okezone, Jumat (11/12/2015).

Kini mereka rutin menggelar latihan berbagai tari tradisional di antaranya Tari Prajuritan, Tari Senterewe, Tari Begon Putri, dan Tari Gedruk. Tari-tarian itu biasanya diperankan oleh empat hingga enam penari, yang menceritakan keperkasaan prajurit Kerajaan Mataram.

Namun, halaman rumahnya di Desa Gedanganak, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, kini tak mampu lagi menampung seluruh anggota untuk berlatih. Akibatnya, latihan harus digilir untuk menyesuikan lokasi. “Padahal saat ini sudah mencapai jalan latihannya, tapi masih enggak cukup juga,” tukas Prayogi.

Dia menambahkan, sebelumnya dia bersama ratusan anggotanya bisa latihan di lapangan desa. Namun, sejak beberapa waktu terakhir latihan itu dilarang karena harus mengantongi izin dari lembaga terkait.

“Dulu bebas latihan, tapi sekarang enggak bisa lagi. Katanya harus izin keramaian dulu, lha masa setiap latihan harus izin, kalau untuk pentas mungkin perlu, tapi kan cuma latihan. Padahal tujuan kita baik, ingin menguri-uri budaya Jawa, malah dilarang-larang,” sergahnya.

Hal senada disampaikan seorang anggota Agus Herdian Susilo. Pelajar kelas XII SMA itu menyampaikan, sering kesulitan melakukan gerakan tari jika lokasinya sempit. Apalagi, tarian tradisional kuda lumping sangat kental dengan nuansa magis, sehingga penari kerap kerasukan.

“Kalau pas kita menari memang terhambat ruang gerak. Lha saat menari itu kan kadang juga kerusupan hingga berlarian atau guling-guling. Kalau saat kesurupan sih enggak kerasa, tapi habis itu (sadar) kan sakit, karena terbentur batu atau pohon. Makanya palatih harus ekstra hati-hati saat menjaga latihan,” terang pemuda bertubuh jangkung itu.

Agus mengaku tertarik pada seni kuda kuda lumping agar budaya tersebut tidak punah akibat tergerus arus globalisasi. Dia juga tak malu dijuluki penari kuda lumping atau barong, oleh teman-teman sekolahnya.

“Kenapa mesti malu, malahan saya bangga bisa melestarikan budaya lelulur. Daripada hanya main enggak jelas lebih baik seperti ini, bermain kuda lumping. Sekaligus menambah saudara, karena anggota di sini tidak hanya dari Ungaran tapi juga Magelang,” lengkapnya.

Pemuda yang segera mengikuti ujian nasional itu berharap kuda lumping menjadi salah satu tujuan wisata di Jawa Tengah. Dia membayangkan, seni kuda lumping bisa pentas di lokasi khusus yang disaksikan oleh wisatawan.

“Seperti seni barong di Bali itu lho. Itu kan mereka punya lokasi pementasan sendiri. Alangkah indahnya jika kita bisa tampil dan disaksikan wisatawan lokal maupun mancanegara,” harapnya dengan berapi-api.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Semarang, Partono, mengatakan, pemerintah memberi dukungan penuh pada pelaku seni tradisional. Mereka selalu dilibatkan dalam berbagai acara agar semakin dikenal, hingga layak menjadi salah satu destinasi wisata di lereng Gunung Ungaran.

“Kita punya lokasi di kawasan Gedong Songo. Itu ada lokasi yang layak untuk latihan maupun pentas. Mungkin kalau sekarang belum semua kelompok kuda lumping bisa tampil di sana, namun ke depan kita akan fasilitasi itu,” ungkap Partono.

Pemerintah berjanji akan terus mengembangkan seni kuda lumping agar bisa menjadi tujuan wisata di jawa Tengah. Apalagi, kesenian kuda lumping merupakan tradisi asli masyarakat yang diturunkan secara turun-temurun.

(Risna Nur Rahayu)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement