Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Inilah Makna yang Tersirat Lagu Gundul-Gundul Pacul

Agregasi Kedaulatan Rakyat , Jurnalis-Sabtu, 23 Juli 2016 |09:33 WIB
Inilah Makna yang Tersirat Lagu Gundul-Gundul Pacul
foto: krjogja
A
A
A

Sehingga lirik Gundul-gundul pacul-cul, gembelengan diartikan sebagai pemimpin yang lupa bahwa dirinya sedang mengemban amanah rakyat, namun dirinya malah menggunakan kekuasan sebagai kemuliaannya, menggunakan kedudukannya unuk berbangga-bangga di antara manusia dan menganggap kekuasan itu karena kepandaiannya.

Nyunggi nyunggi wakul kul, gembelengan

Nyunggi wakul berarti membawa bakul (tempat nasi) di atas kepalanya. Namun banyak pemimpin yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting yaitu membawa bakul dikepalanya. Wakul merupakan simbol kesejahteraan rakyat. Dimana terdapat kekayaan negara, sumberdaya, Pajak adalah isinya. Artinya bahwa kepala yang merupakan kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat.

Kedudukannya terletak di bawah bakul rakyat. Jadi siapakah yang lebih tinggi kedudukannya, pembawa bakul atau pemilik bakul? Tentu saja pemilik bakul. Pembawa bakul merupakan pembantu si pemiliknya. Namun masih banyak pemimpin yang masih gembelengan, melenggak-lenggokkan kepalanya dengan sombong dan bermain-main.

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar

Wakul ngglimpang berarti bakul diatas kepala jatuh. Segane dadi sak latar berarti nasi yang menjadi isi di dalam bakul tersebut jatuh dan berantakan kemana-mana. Akibatnya bakul terguling dan nasinya tumpah ke mana-mana.

Jika pemimpin gembelengan, maka sumber daya akan tumpah ke mana-mana. Dan tidak terdistribusi dengan baik. Menyebabkan kesenjangan ada dimana-mana. Nasi yang tumpah di tanah tidak akan bisa dimakan lagi karena telah kotor. Sehingga amanahnya akan jatuh dan tidak bisa dipertahankan. Menjadikan kepemimpinannya sia-sia. Maka gagalah tugasnya mengemban amanah rakyat.

Jadi secara keseluruhan lagu ini merupakan soal komitmen manusia ketika bekerja. Ketika masih anak-anak hal tersebut masih wajar. Namun ketika telah dewasa, bukan lagi saatnya bermain-main. Terutama ketika seseorang telah mengemban suatu tanggung jawab dan amanah.

(Amril Amarullah (Okezone))

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement