Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Geliat Pesantren Ainurrafiq di Kaki Gunung Ciremai

Dwi Ayu Artantiani , Jurnalis-Jum'at, 07 Oktober 2016 |06:45 WIB
Geliat Pesantren Ainurrafiq di Kaki Gunung Ciremai
Pondok Pesantren Ainurrafiq di Simpang Linggarjati, Panawuan, Cingandamekar, Kuningan, Jawa Barat (Dwi Ayu/Okezone)
A
A
A

KUNINGAN - Pondok Pesantren Ainurrafiq berdiri kokoh di kaki Gunung Ciremai di Jalan Cigintung, Simpang Linggarjati, Panawuan, Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Ada 350 santri dari berbagai pelosok sedang mengenyam pendidikan di sini.

Meski sudah dibangun sejak 28 Februari 1999, namun Pesantren Ainurrafiq baru diresmikan empat tahun kemudian setelah mengantongi izin. Memiliki sistem pendidikan asrama, sekolah dan lingkungan, tujuan pendirian pesantren ini untuk menyiapkan generasi Islam yang unggul, berkarakter, dan berbudaya.

Pendiri sekaligus Ketua Yayasan Pondok Pesantren Ainurrafiq, Ahmad Rafiq Rosyad (71) menuturkan, diawal berdiri, pondok tersebut belum menerapkan sistem pendidikan terpadu seperti sekarang. “Hanya mempelajari kitab-kitab saja, namun di 2003 dibukalah sekolah formal tingkat SMP dan di 2004 dibuka SMA," katanya, Kamis (6/10/2016).

Mula pesantren ini berdiri, Ahmad Rafiq sempat bingung mau kasih nama apa. Akhirnya ia pun menabalkan Ainurrafiq ke pondok yang didirikannya. Ainurrafiq adalah gabungan dari namanya dan nama istri tercintanya Nunung Nur'ani ( 61). Keduanya sudah berpuluh tahun berumah tangga, menghidupi enam anaknya dari berjualan keliling hingga memiliki usaha material di Kuningan plus mendirikan pesantren.

Luas pondok pesantren ini sekira 2 hektare. Ada beberapa bangunan di dalamnya, seperti sekolah, asrama putra-putri, ruang laboratorium bahasa, IPA, komputer, perpustakaan, study club, UKS, pramuka, dapur umum, ruang makan, gedung olahraga, aula, dan lainnya.

"Ada sebanyak 350 santri yang terbagi dari santri SMP dan SMA," ujarnya.

Ahmad mengungkapkan, motivasinya mendirikan pondok pesantren adalah agar generasi muda bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya, bukan hanya pendidikan umum tapi juga agama. Ia tak ingin generasi sekarang bernasib sepertinya yang hanya mampu lulus sekolah rakyat atau setara SD.

Selain pendidikan formal, santri di pondok ini juga aktiv dengan kegiatan ekstrakurikuler. Segudang prestasi sudah diraih santrinya seperti juara lomba marawis, pencak silat, lintas alam, seni puisi, dan penghargaan indeks integritas penyelenggaraan ujian nasioal tertingi. Ada pula program pertukaran pelajar ke luar negeri.

"Santrinya dari seluruh daerah mulai dari Pulau Jawa hingga luar Jawa,” sebutnya.

Apa yang membedakan Pesantren Ainurrafiq dengan ponpes lain? “Santri di sini mendapatkan dua ijazah sekaligus, yakni ijazah pondok dan ijazah pendidikan formal," kata Ahmad.

Untuk menopang pendidikan santri, pesantren ini memiliki 31 tenaga pengajar dari berbagai disiplon ilmu atau keahlian. Santri hanya dibebankan biaya per bulan Rp 500 ribu. Biasa masuk sendiri hanya Rp4 juta per santri.

"Kedepannya semoga pondok ini bisa lebih hidup dan berkembang dengan pesat," pungkasnya.

 

(Salman Mardira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement