Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah di Balik Eksotisme Masjid Perahu dengan Sejarah Nabi Nuh

Taufik Budi , Jurnalis-Selasa, 30 Mei 2017 |14:24 WIB
Kisah di Balik Eksotisme Masjid Perahu dengan Sejarah Nabi Nuh
Masjid Perahu (foto: Okezone)
A
A
A

SEMARANG - Warga Semarang kini boleh bangga dengan keberadaan Masjid Safinatun yang selama Ramadan 1438 Hijriah menjadi destinasi wajib bagi warga setempat maupun dari luar kota. Keunikan rumah ibadah yang satu ini tidak seperti masjid lain yang memiliki nilai sejarah tua sejak dibangun. Keunikan masjid ini terlihat dari bentuknya yang mirip dengan perahu kayu milik Nabi Nuh.

Banyaknya pengunjung yang datang untuk sekadar melihat maupun menjalankan ibadah salat di masjid ini membuat hampir seluruh pengunjung melakukan swafoto dengan background Masjid Safinatun. Karena itu, masjid tersebut kini menjadi viral di media sosial.

Bentuk bangunan yang unik dan berukuran besar, menjadikan masjid yang berlokasi di Jalan Kiai Padak, Desa Podorejo, Kecamatan Ngaliyan, Semarang, ini banyak dikagumi pengunjung.

Bangunan masjid yang berada di tengah perahu ini memang memiliki arsitektur bangunan modern. Namun, desain kapal kayu juga menyiratkan tampilan layaknya perahu sesungguhnya. Meski aslinya, tekstur tersebut merupakan karya lukis manual menggunakan cat.

Sementara bagian atas dek, terdapat bangunan bercat putih lengkap dengan jendela-jendela besar. Kesan megah juga terlihat dari seluruh pintu masuk yang dihias dengan kaligrafi dengan desain sangat halus. Kolam air di sekeliling bangunan kapal juga menjadi daya tarik pengunjung. Apalagi, terlihat ikan-ikan yang berenang di bawah gemericik air.

“Saya awalnya tahu dari Instagram, dan teman-teman kuliah banyak yang datang ke sini. Makanya saya datang ke sini (masjid kapal). Sudah dua kali ini, tetapi enggak bosan melihatnya. Bentuknya bagus, sangat berbeda dari kebanyakan masjid yang ada,” kata Asna Muyasaroh, mahasiswi UIN Walisongo Semarang, Selasa (30/5/2017).

Asna yang datang bersama temannya bahkan rela naik salah satu gedung yang masih dalam tahap pembangunan agar bisa berswafoto. Di atas gedung itu, dia bisa mendapatkan latar belakang bangunan masjid kapal secara utuh. Secara bergantian Asna dan temannya mengambil pose terbaik untuk diabadikan melalui kamera ponsel.

Tak hanya dari Semarang, banyak pengunjung yang berdatangan dari berbagai daerah, seperti Batang, Salatiga, Temanggung, hingga Jakarta. Bahkan, banyak pengunjung yang sengaja datang menjelang malam hari agar bisa menyaksikan cahaya lampu-lampu kapal sembari menunggu waktu berbuka puasa, sekaligus menunaikan Salat Maghrib. Saat lampu-lampu menyala, bangunan ini semakin terlihat eksotis.

“Ini dari Salatiga, bareng sama keluarga. Tadi kan keliling Kota Semarang sama berkunjung ke rumah saudara. Lalu dikasih tahu jika ada masjid kapal, makanya kita ke sini. Ternyata luar biasa bagus, bisa foto-foto sekaligus mau Salat Maghrib. Keren banget, eksotis jadi bagus banget untuk berselfie,” ujar Anggun Ayu.

Pihak pengelola sengaja memilih bentuk kapal, karena terinspirasi dengan kisah Nabi Nuh yang membuat kapal bernama Safinatun Najah. Masjid yang dibangun mulai sejak 2015 itu belum dioperasionalkan secara penuh, karena masih terdapat aktivitas pembangunan. Banyaknya pengunjung yang penasaran, cukup menjadi hambatan sehingga batas waktu pembangunan menjadi tertunda.

“Untuk proses pembangunan masjidnya sudah 90 persen, masih ada proses perbaikan kubah di atas. Untuk pengunjung tetap kami persilahkan datang. Baik siang maupun malam, pintu depan itu masih terbuka. Kasihan kalau mereka sudah datang jauh-jauh tapi sampe di sini ternyata sudah tutup, makanya kita selalu terbuka,” kata Muhammad, salah satu pengelola masjid.

Masjid ini dibangun di atas lahan seluas 7.000 meter persegi, dan menelan biaya sekira Rp7 miliar. Sumber dana berasal dari Yayasan Safinatun Najah Pekalongan. Sementara ukuran bangunan masjid tiga lantai ini, lebih dari 2.000 meter persegi dan bisa menampung lebih dari 1.000 jamaah salat.

“Untuk lantai 1 itu nantinya dipakai sebagai gedung serbaguna. Jika warga sekitar ada acara nikahan, sunatan, atau acara keagamaan bisa pakai ruangan itu, tanpa dipungut biaya. Karena kita memang misinya dari awal adalah sosial,” lugas bapak dua anak tersebut.

Ia menambahkan, untuk tempat salat berada di lantai 2 dan 3. Namun untuk lantai 3 sebagian ruang akan dibagi untuk perpustakaan. Sementara bagian rooftop atau atap digunakan sebagai tempat kubah, sekaligus menjadi ruang terbuka untuk menyaksikan pemandangan alam.

“Lingkungan sini kan masih sangat asri, jadi nanti jamaah bisa naik ke rooftop untuk menyaksikan sawah dan hutan yang menghijau. Kita biarkan menjadi ruang terbuka agar tak menghalangi pandangan,” jelasnya.

Masjid kapal itu juga akan dilengkapi taman aneka satwa, seperti kapal Nabi Nuh yang tak hanya menyelamatkan manusia tetapi juga berbagai binatang. Tak heran saat ini terdapat beberapa kambing yang dibiarkan berkeliaran di sekeliling masjid.

Lokasi masjid kapal cukup jauh yakni sekira 20 kilometer dari pusat Kota Semarang. Pengunjung akan melewati kawasan hutan dan jalan yang tak mulus. Sepanjang jalan juga tak dilengkapi papan penunjuk arah. Namun, pengunjung bisa menggunakan fasilitas Google Map atau bertanya kepada warga yang hampir semua telah mengetahui rute ke masjid kapal.

(Mufrod)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement