Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Tato dan Pemaknaan Hidup Warga Mentawai

Rus Akbar , Jurnalis-Rabu, 25 Oktober 2017 |07:00 WIB
Tato dan Pemaknaan Hidup Warga Mentawai
`Tato bagi warga Mentawai. (Rus A/Okezone)
A
A
A

PADANG - Hampir seluruh bagian tubuh Aman Telepon yang berasal dari Buttui Desa Madobag, Siberut Selatan memiliki tato khas Mentawai. Ditambah dengan pakaian khas Mentawai dengan cawat dan ikat kepala luat menambah keindahan sebuah tato atau titi’ disandingkan dengan membawah panah Mentawai.

Setiap bagian tubuh yang ditato memiliki makna dan selalu menyimbolkan pada kehidupan dan aktivitas mereka sehari-hari. Misalkan tato matahari yang dibuat dibahu itu menyimbolkan soal kehidupan terang dan malam.

Bagi Aman Telepon tato yang sudah menjadi abadi ditubuhnya ada makna seperti tato di dadanya merupakan gambar busur panah (rourou) garis warna hitam melengkung dari bahu kanan sampai kiri dan dan dari garis melengkung itu ada lagi gari menurun ke pusar itu adalah anak panah.

Kakai sai Mantawoi, anai galajetmai masigaba iba, bule ibara nane iba murorou (kami memiliki kebiasaan mencari lauk pauk dengan cara berburu, berburu dengan memakai panah) panah yang kami pakai itu mata panahnya sudah beracun, kalau tidak ada racun buruannya tidak akan mati,” tutur Aman Telepon saat berbincang dengan Okezone, Selasa 24 Oktober 2017.

Sementara biasanya, pemburu ulung itu akan menambah tatonya jenis binatang yang diburuhnya, seperti jika dia mendapatkan simigi (babi hutan) maka dibagian dadanya akan ditato sesuai dengan jumlahnya. Sedangkan satu yang dapat makan, satu juga ditato, begitu juga apabila dapat bilou (monyet) dan sibeu tubu (rusa) bagian dadanya dan bagian perutnya akan ditato symbol binatang hasil buruannya.

“Semakin banyak tato binatang ditubuhnya semakin orang menyeganinya,” ujarnya.

Tato dada laki-laki dan perempuan tidak sama, memang ada tato perempuan di dada tapi simbolnya adalah subba (tangguk) biasanya kaum perempuan Mentawai pergi paliggara (menangguk ikan di sungai).

Aman memaparkan, jika tato itu di lengan ada beberapa gari berbentuk duri rotan, itu gambar duri rotan. Bagi masyarakat setempat, rotan merupakan tumbuhan penting dalam kehidupannya, mereka bisa membuat oorek (keranjang), roiget (long ayam), bahkan sebelum ada paku rotan biasanya dipakai untuk mengikat tonggak-tonggak rumah.

“Kalau itu tidak ada sebab mereka tidak bisa melakukan itu,” terangnya.

Dibagian punggung tangan ada motif seperti mata pancing bermata dua dan bermata satu.

“Itu simbol pancing memiliki arti untuk mendapatkan ikan-ikan masyarakat Mentawai itu memancing ke sungai dan ke laut, kemudian arti lain pancing itu menyimbolkan orang Mentawai sangat ulet bekerja dan selalu berhasil makanya itu runcing sebagai simbol berhasil,” sambungnya.

Dikatakan Aman, motif tato punggung telapak tangan laki-laki dan perempuan ini sama tidak ada membedaknnya yang membedakan cara mereka bekerja namun tujuan yang dicapainya sama. “Kalau tato diwajah itu adalah simbol teggle (parang), garisnya dari pipi bawa melengkung kearah telinga. Namun perempuan tidak ada,” tutur Aman Telepon.

Kemudian di bagian paha dinamakan motif balagau, motif ini hanya dipakai kaum laki-laki balagau merupakan simbol lantai rumah adat Mentawai. Balagau adalah batang ruyung yang sudah dibelah-belah untuk membuat lantai. “Ini hanya bisa dilakukan kaum laki-laki bahwa dia sudah matang dan sudah bisa membuat rumah, bagi kaum perempuan itu tidak dilakukan makanya tidak ada,” katanya.

Sedangkan motif di punggung berupa gari tegak dari belakang kepala sampai pinggul dan ada gari melintang di dari bahu belakan kiri ke kanan. “Motif ini adalah motif serepak (cadik), ini merupakan symbol peyeimbang dalam kehidupan selalu arif dan bijaksana dalam memberikan keputusan,” tutur Aman Lauklauk.

Sementara Aman Lauklauk ayah Aman Telepon, mengeluhkan pemuda di Mentawai sudah tidak lagi merajah tubuhnya dengan tato. Menurutnya ini disebabkan saat masuknya agama di Mentawai pemerintah dan aparat keamanan memusnahkan seluruh atribut kebudayaan Mentawai karena dianggap itu jelek dan primitif. “Dulu kami dilarang mentato tubuh karena tidak boleh oleh pemerintah kami dianggap primitive,” terangnya.

Setelah adanya pemaksaan memeluk agama tersebut banyak anak muda tidak lagi mentato badan. Selain itu saat ini sudah modern generasi memiliki sekolah tidak ada waktu untuk merajah tubuh. Tak hanya saja merajah tubuh itu sakit dan butuh biaya yang mahal.

Sementara dalam laporan hasil penelitian mendiang Ady Rosa berjudul ‘Fungsi dan Makna Tato Mentawai’ (2000) menyimpulkan, ada tiga fungsi tato bagi orang Mentawai. Pertama, sebagai tanda kenal wilayah dan kesukuan yang tergambar lewat tato utama. Ini semacam kartu tanda penduduk (KTP).

Kedua, sebagai status sosial dan profesi. Motif yang digambarkan tato ini menjelaskan apa profesi si pemakai, misalnya sikerei (tabib dan dukun), pemburu binatang, atau orang awam. Ketiga, sebagai hiasan tubuh atau keindahan. Ini tergambar lewat mutu dan kekuatan ekspresi si pembuat tato (disebut ‘sipatiti’) melalui gambar-gambar yang indah.

Menurt Ady, ada sekitar 160 motif tato yang ada di Siberut. Masing-masing berbeda satu sama lain. Setiap orang Mentawai, baik laki-laki maupun perempuan bisa memakai belasan tato di sekujur tubuhnya. Di Pulau Siberut saja setiap daerah selalu berbeda motif-motif tato. (sym)

(Mufrod)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement