SEBAGAI negara yang memiliki lebih dari 52 juta murid dan 4 juta guru, Indonesia memiliki populasi masyarakat pendidikan nomor empat terbesar di dunia. Sayangnya, menurut hasil literasi yang diterbitkan lembaga PISA (Program for International Student Assessment) pada 2015, kualitas pendidikan di Indonesia saat ini baru menduduki peringkat ke-69 dari 76 negara yang tergabung.
Melihat hal ini, Ruangguru, sebagai penyedia layanan jasa dan konten pendidikan berbasis teknologi terbesar di Indonesia, meluncurkan platform bernama Ruangbelajar yang dilengkapi dengan ribuan video materi dan pembahasan dengan lebih dari 1.200 total sub-topik untuk semua jenjang.
Siswa dapat memilih learning journey berdasarkan kelas dan mata pelajaran yang diminati serta sub topik yang ingin dikerjakan. Dilengkapi kuis, latihan soal serta rangkuman berbentuk infografis yang menarik, platform ini menjadi media belajar yang interaktif.
Pembuatan konten dalam Ruangbelajar melibatkan lebih dari 100 putra-putri terbaik lulusan universitas top di Indonesia seperti UI, ITB, UGM dan juga universitas top di dunia seperti Harvard University, Stanford University, Columbia University, Oxford University, National University of Singapore, Nanyang Technological University serta disusun berdasarkan kurikulum dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 Revisi dan SKLUN terbaru.
“Materi pelajaran yang rumit membuat banyak orangtua merasa anak-anaknya membutuhkan tambahan belajar di luar sekolah. Masalahnya, biaya bimbel sangat mahal dan tidak semua bimbel memiliki kualitas yang baik. Ruangbelajar menyediakan konten yang lengkap dan sesuai dengan kurikulum dan bisa diakses kapan saja dan di mana saja,” tutur Belva Devara, Co-Founder & CEO Ruangguru.
Sementara Iman Usman, Co-Founder dan CPO Ruangguru juga menjelaskan, “Kami membuat sebuah produk yang memungkinkan setiap siswa untuk mengakses berbagai macam konten pembelajaran yang disusun dengan menggunakan metode based learning journey. Kurang lebih dalam 1 tahun terakhir, kami mengembangkan konten tersebut dan memastikan konten tersebut tidak hanya membantu siswa untuk memahami pelajaran yang disampaikan, tetapi juga menyenangi kegiatan belajar.”
(Hessy Trishandiani)