PANGKALPINANG – Kanza (6), putri semata wayang Romlan (38), warga Air Mawar, Kelurahan Bacang, Kecamatan Bukit Intan, Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menderita sakit tumor sejak lahir. Namun, orangtuanya tidak bisa berbuat banyak untuk mengobati sang anak lantaran kendala biaya.
Jangankan biaya berobat Kanza, kebutuhan untuk kehidupan sehari-hari saja susah. Sebab, Romlan hanya berkerja sebagai buruh lepas alias serabutan dengan penghasilan tidak menentu.
Keluarga yang serba-kekurangan dari segi ekonomi ini pun terpaksa "mengabaikan" penyakit yang ada di tubuh putrinya. Padahal, penyakit yang diderita Kanza harus segera membutuhkan pengobatan medis.
Mirisnya, bocah mungil yang mengidap penyakit tumor ganas di tulang ekor sejak lahir ini belum pernah mendapat perhatian dan tanggapan dari pemerintah daerah (pemda). Hal itu masih terjadi di tengah kota di Pangkalpinang.
Nyatanya, pemerintah setempat masih belum ada kekuatan lebih untuk mengentaskan kemiskinan. Bisa dikatakan terbilang mengabaikan, padahal mengetahui ada warganya membutuhkan bantuan.
Bekerja sebagai buruh angkut batu bata di pabrik pembuatan bata merah di Kawasan Air Mawar, Kelurahan Bacang, Romlan hanya bisa pasrah. Ia pun berharap ada uluran dari pemerintah atau dermawan untuk biaya operasi anaknya.
Ayah dan anak yang hidup pas-pasan ini tinggal di sebuah gubuk reot berukuran 2,5 x 2,5 meter. Gubuknya masih berada di kawasan tempat Romlan bekerja. Mirisnya lagi, tempat tinggal itu bagaikan rumah-rumahan yang merupakan hasil tumpangan dari bos miliknya bekerja.
Kendati demikian, tidak serta merta menyurutkan pria kelahiran 1979 tersebut patah semangat dalam berusaha. Ia yakin bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk kesembuhan putri kesayangannya.
Ketika dijumpai di kediamannya, Romlan mengisahkan sudah sejak lama mengetahui putrinya menderita penyakit tumor. Namun akibat keterbatasan biaya, dirinya hanya mampu membawa Kanza berobat ke pengobatan alternatif.
"Saya tahu anak sakit, tapi karena enggak ada uang, saya bawa ke pengobatan alternatif. Sudah berobat tradisional di kampung-kampung, tapi tidak ada perubahan, masih sakit juga. Kalau ke dokter belum pernah berobat, enggak ada biaya. Bantuan dari pemerintah belum ada," ungkapnya dengan nada lirih kepada Okezone, Jumat 29 Desember 2017.
(Baca: Orangtua Tak Punya Biaya Operasi, Bocah Kelainan Kelamin di Bekasi Butuh Bantuan)
Penghasilan sebagai buruh serabutan, kata Romlan, hanya bisa mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan jauh dari kata lebih. Namun, ia bersyukur saja.
"Hasil kerja saya cuma cukup untuk sehari-hari. Enggak banyak. Sehari Rp20.000, paling banyak Rp50.000. Kalau cuaca lagi hujan, tidak kerja di pabrik bata," ucapnya kala ditemui di kediamannya.
Seusai dibawa ke pengobatan alternatif (nonmedis) tidak ada kesembuhan untuk Kanza. Bahkan, tumor yang diderita putrinya semakin hari makin besar. Kejanggalan terus ditampakkan Kanza, dimulai dari seringnya buang air kecil dan besar.
Akibat tumor yang terus menggerogoti, tubuh mungil Kanza menjadi tidak ideal untuk anak seusianya. Romlan memilih tinggal di gubuk yang tidak jauh dari tempatnya bekerja dengan alasan agar mudah memantau putri tercintanya.
Romlan pun berharap hanya meminta kesembuhan Kanza sehingga bisa buang air kecil dan besar normal, serta dapat bersekolah seperti anak-anak normal lainnya.
"Meski tak diperhatikan, harapan saya cuma satu, yaitu kesembuhan untuk anak saya biar bisa cepat sekolah. Karena kalau sakit terus, anak saya buang air terus, beli popok terus," ungkapnya.
Ia sangat berharap bantuan pemerintah untuk kesembuhan sang putri. Baginya, kesembuhan buah hatinya itu segala-galanya.
"Berharap, yang penting anak saya sembuh dulu. Kalau sudah sembuh, alhamdulilllah. Jadi bisa bekerja dengan fokus," tuturnya.
Romlan juga bercerita, beberapa tahun lalu sempat kedatangan rombongan Pemerintah Kota (Pemkot) Pangkalpinang. Kala itu mereka berjanji membantu, baik pengobatan Kanza maupun tempat tinggal yang layak.
Namun, sampai sekarang dirinya tidak lagi mendapat kejelasan atas janji tersebut. "Iya pernah didatangi rombongan Pemerintah Kota, beberapa tahun lalu. Tapi sampai saat ini, anak saya belum dibantu pemerintah," tukasnya seraya terlihat sedih.
(Hantoro)