"Atas nama kemanusiaan dan menunjukkan bahwa wanita juga dapat mengambil peran dalam misi seperti ini," kata seorang penyelam wanita bernama Aulia Rahma.
MISI pencarian bersama korban kapal motor Arista yang menenggelamkan puluhan penumpangnya sudah memasuki hari ketiga. Setelah menggelar sholat Ied 1439 Hijriah yang bertepatan dengan tanggal 15 Juni 2018 menjadikan satgas bersama untuk turun kembali dalam melakukan pencarian korban yang masih belum ditemukan.
Operasi pencarian bersama tersebut sejak Rabu, 13 Juni melibatkan puluhan unsur penyelam hebat dari Badan SAR Nasional (Basarnas), TNI dan Polri. Namun sepasang mata kemudian tertuju kepada sosok penyelam muda yang tampil begitu energi sehingga memberikan spirit tersendiri bagi satgas bersama untuk mencari korban.

Di antara mereka yakni, Aulia Rahma yang merupakan penyelam wanita. Kehadiran perempuan yang berusia dua puluh tahun tersebut ingin menunjukkan bahwa sosok wanita juga dapat turut serta dalam misi yang berbahaya seperti ini.
"Sejak SMP saya sudah terjun langsung mengenal misi kemanusiaan. Maka dari itu saya ingin terjun langsung dalam tugas bersama tersebut. Sayapun ingin menunjukkan bahwa sosok perempuan juga mampu terjun langsung dalam misi semacam ini," kata Aul sapaan akrabnya kepada Okezone.
Aul kemudian diterjunkan langsung dalam misi pencarian tersebut lantaran kemampuan yang dimilikinya sendiri sudah tidak diragukan lagi. Sebagai penyelam dirinya sendiri mengakui telah memiliki jam terbang yang lumayan tinggi.
"Saya juga kebetulan memimpin organisasi palang merah Indonesia (PMI) di kampus. Dan sudah lama juga mengenal yang namanya Basarnas. Bahkan sudah menjadi rumah kedua saya," senyum Aul.

Tak hanya itu, dirinya juga mengakui bahwa sudah sering terlibat langsung dalam misi-misi pencarian korban. Dan bukan hanya di laut. Di gunung sekalipun dirinya terlibat apabila mendapat informasi akan deteksi pencarian korban.
Meski demikian, dalam misi pencarian korban tersebut bukanlah tugas yang mudah. "Kondisi cuaca yang menjadikan seperti ini. Pusaran arus yang berada di kedalaman laut juga menjadi kan hambatan kepada tim untuk pencarian korban. Ada batas maksimal kami berada di kedalaman laut. Di antara 30 hingga 40 menit saja. Sebelum terjun langsung kami akan melaksanakan ritual khusus dengan berdoa biasanya," jelasnya.
(Fiddy Anggriawan )