Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sejarah Masjid "Si Pitung" Al-Alam Marunda

Sarah Hutagaol , Jurnalis-Minggu, 09 Juni 2019 |12:15 WIB
Sejarah Masjid
Masjid Al-Alam Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. (Foto : Achmad Fardiansyah/Okezone)
A
A
A

MASJID Al-Alam atau lebih dikenal dengan Masjid Si Pitung terletak di tepi Pantai Marunda Pulau, Kelurahan Cilincing, Jakarta Utara.

Dalam buku Ensiklopedia Jakarta (Eni Setiati, dkk, 2009), disebutkan di masjid ini, Pitung semasa kecil banyak menghabiskan waktu bermain, belajar agama, bela diri, serta sembunyi dari opas dan kompeni. Tapi jangan salah, bukan Si Pitung atau keluarganya yang membangun masjid ini.

Masjid ini diperkirakan dibangun pada 1600-an. Meski telah berusia 400 tahun, uniknya masjid ini cukup terawat dengan baik, walau kondisi ketuaannya tidak bisa disembunyikan. Arsitekturnya mengingatkan pada model Masjid Demak, tetapi berskala lebih kecil dengan ukuran 10x10 m2. Atapnya yang berbentuk joglo ditopang oleh 4 pilar bulat "kuntet", seperti kaki catur. Mihrab yang pas dengan ukuran badan menjorok ke dalam tembok, berada di sebelah kanan mimbar. Berbeda dengan masjid tua lain, uniknya masjid ini berplafon setinggi 2 meter dari lantai dalam.

Terpeliharanya Masjid Al-Alam tidak lepas dari bentuknya yang relatif kecil menyerupai musala. Selain itu, hingga kini pun masjid ini masih dicintai penduduk sekitarnya. Hampir di setiap waktu salah Magrib dan Isya, Masjid Al-Alam selalu diramaikan jamaahnya. Bahkan masjid ini sering pula didatangi para peziarah dari berbagai daerah. Hal ini terlihat dengan dibangunnya sebuah pendopo persis di belakang masjid, sebelah timur yang terkesan sengaja dihadirkan untuk upacara-upacara khusus.

Masjid Al Alam Marunda (Foto : Achmad Fardiansyah/Okezone)

Tidak diketahui pasti siapa pendiri masjid ini. Minimnya data sama halnya dengan ketidaktahuan masyarakat sekitar masjid. Bahkan tokoh masyarakat di sekitar rumah tinggal Si Pitung sekalipun. Menurut salah seorang pengurus masjid, yakni H Atit, orang-orang sekitar menamai masjid ini dengan sebutan Masjid Gaib, Dari dongeng turu-temurun, disebutkan dalam proses pembuatannya dahulu, masjid ini dibangun hanya dalam tempo sehari semalam.

Sejak 1975, Masjid Al-Alam dinyatakan sebagai cagar budaya. Pemprov DKI Jakarta rajin menyokong setiap upaya untuk melestarikan masjid ini. Di sekeliling masjid sekarang sudah dibuatkan pagar beton berbentuk seperti pagar batas provinsi.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement