Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Hama Ulat Grayak Rusak 7.888 Hektare Lahan Pertanian di NTT

Adi Rianghepat , Jurnalis-Rabu, 12 Februari 2020 |12:21 WIB
Hama Ulat Grayak Rusak 7.888 Hektare Lahan Pertanian di NTT
Ulat Grayak (Foto: YouTube/@Agroteknologi Science)
A
A
A

KUPANG - Sebanyak 7.888 hektare lahan pertanian milik petani jagung di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) rusak usai diserang hama ulat grayak atau disebut fall army worm (FAW). Wilayah dengan jumlah lahan paling banyak terdampak yakni di Kabupaten Flores Timur seluas 4 ribu hektare.

"Sampai dengan pekan lalu ulat ini sudah menyerang di 18 kabupaten yakni seluruh daratan Sumba, Timor, Alor dan Flores. Total lahan yang terserang itu 7.888 hektare, dan yang paling banyak di Flores Timur sebanyak 4 ribu hektare," ungkap Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Miqdonth Abola, di Kupang, NTT, Rabu (12/2/2020).

Ia mengatakan, kabupaten yang belum terserang ulat grayak yaitu Rote Ndao dan Sabu Raijua. Sebab, hingga saat ini belum ada laporan dari kedua kabupaten itu.

Menurut dia, jika curah hujan cenderung stabil, maka hama ulat tidak menyerang. Namun, manakala volume hujan menurun, maka tingkat menetas telur ulat lebih tinggi dan sulit dikendalikan.

"Artinya, kalau hujan stabil maka bisa dikendalikan secara alamiah karena tidak berkembang," tuturnya.

Dijelaskannya, ulat grayak merupakan hama baru asal Amerika Serikat. Kasus ulat ini di Indonesia, pertama kali terdeteksi di wilayah Sumatera Barat pada 2019 dan menyebar ke Banten dan terus meluas ke seluruh wilayah Indonesia, tak terkecuali NTT.

Menurutnya, fase yang paling merusak dari hama jagung ini yaitu fase larva atau ulat. Hama ulat grayak merusak tanaman jagung dengan cara menggerek daun tanaman jagung. Bahkan, pada kerusakan berat, kumpulan larva hama ini seringkali menyebabkan daun tanaman hanya tersisa tulang daun dan batang tanaman jagung. Apabila kumpulan larva hama jagung ini mencapai kepadatan, rata-rata populasi 0,2 sampai 0,8 larva per tanaman.

"Masa bertahan larva sangat lama yang mencapai tiga minggu sehingga tingkat kerusakan tanaman sangat tinggi. Semua tenaga operator sudah turun ke lapangan dan siap membantu obat-obatan kepada petani," terang Abola, yang turut didampingi Kepala UPT Proteksi Tanaman Pangan, Gabrial Gara Beni.

Ia mengakui, pemberantasan hama ulat grayak dengan cara disemprot sedikit mengalami kendala. Sebab, ulat tersebut berlindung di balik daun. "Kita minta partisipasi petani pemilik lahan agar pada pagi hari mematikan ulat secara manual," kata dia.

Dirinya menegaskan, pembasmian ulat ini akan diprioritaskan di Flores Timur yang paling luas lahannya akibat serangan ulat ini. "Bahan kimia sudah habis tapi kita sudah minta ke pusat. Kita akan kerahkan anak sekolah juga Babinsa untuk terlibat dalam gerakan masal membasmi ulat ini," ucap Abola.

Dia juga mengingatkan bahwa ancaman gagal panen cukup tinggi tahun ini imbas menurunya angka produksi, terlebih hujan yang tidak merata.

"Kita akan bahas semua ini dalam rakor dengan seluruh kabupaten/kota pada 12 Februari ini, membahas berapa kira-kira penurunan produksi tahun ini," pungkasnya.

(Rizka Diputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement