Ma'ruf sendiri mengaku sangat mengagumi sosok Mbah Hamid. Almarhum dalam kehidupan kesehariannya sangat tawadhu', sederhana dan menjauh dari publisitas. "Hal seperti itu dalam tradisi ilmu tasawuf dikenal dengan 'khumul', yaitu fokus pada aktivitas kebaikan dengan membungkus dan menutupinya agar tidak diketahui orang lain," ucapnya.
Ajaran khumul atau tak ingin populer di masa sekarang sudah banyak dilupakan. Segala amal kebaikan yang dilakukan seakan harus diketahui seluas mungkin oleh publik. Publisitas di era digital seakan menjadi kata kunci untuk mengukur kebaikan seseorang.
"Padahal, belum tentu apa yang di-publish tersebut mempunyai dampak positif yang lebih besar daripada yang tidak di-publish. Saat ini banyak orang terjebak pada mentalitas syuhrah, yaitu mentalitas pencitraan diri agar dikenal luas. Amal kebaikan yang dilakukan diorientasikan agar di-cover media secara luas. Motivasinya hanya untuk membentuk citra diri, bukan berbuat kebajikan itu sendiri," tukas Mustasyar PBNU itu.
"Meskipun begitu dakwah melalui media digital sesungguhnya juga diperlukan pada era saat ini karena dakwah melalui digital jangkauannya lebih luas dan dapat dilakukan kapan dan di mana saja," pungkasnya.
Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin Harap Fatwa Ulama Jadi Tuntunan Umat saat Pandemi
(Arief Setyadi )