SERANG – Masyarakat dihebohkan dengan ritual mandi bareng tanpa busana pria dan perempuan di Pandeglang, Banten. Aksi itu ternyata dilakukan pengikut aliran Hakekok yang diduga sesat. Terkait hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banten angkat bicara.
Ketua MUI Provinsi Banten, AM Romly mengatakan ada beberapa faktor pemicu munculnya aliran tersebut yang diketahui sudah lama namun timbul tenggelam. Dia menyebut ritual mandi bareng telanjang pria dan perempuan ala aliran Hakekok tidak sesuai ajaran agama yang ada di Indonesia. Secara syariat, agama tidak mengajarkan melaksanakan ibadah dengan cara tanpa busana berjemaah.
Baca juga:Â Geger Aliran Sesat Hakekok, Pria dan Wanita Ritual Mandi Bersama Tanpa Busana
"Jelas kalau mandi ramai-ramai, telanjang kalau di ajaran agama sesat sudah. Kecuali sendiri, di kamar mandi juga telanjang. Kalau ramai-ramai di tempat pemandian sudah di luar syariah," katanya, Jumat (12/3/2021).
Kiai Romly menduga, ritual itu bertujuan lepas dari masalah hdup. Ditambah, para pengikut aliran itu minim pengetahuan terhadap ilmu agama. Sehingga, ritual itu digelar untuk meminta petunjuk kemudahan dalam hidup.
"Berbagai tekanan hidup ya, bagaimana dia keluar dari himpitan kesulitan hidup, intinya cari jalan. Sementara tuntunan agama mereka, kurang paham," ujarnya.
Baca juga:Â 16 Pengikut Aliran Sesat Diamankan saat Mandi Bersama Lelaki dan Perempuan
Dia mengaku tidak mengetahui pasti jumlah warga yang telah mengikuti aliran Hakekok. Namun yang pasti, aliran itu diwariskan turun-temurun.
"Orang yang berkeyakinan pada ajaran itu berbagai cara untuk cari pengikut dengan iming-iming apa gitu. Mungkin dia sendiri, tapi ada keluarga lain. Soal berapa keluarga saya belum dapat info juga. Tapi keluarga keturunan dapat mencari pengikut," ujarnya.