 
                Karena ancaman longsor, ia tidak dapat menggali dan membersihkan semua lorong. Ia melaporkan penemuannya kepada Raffles termasuk menyerahkan berbagai gambar sketsa candi Borobudur.
Sehingga Raffles dianggap berjasa atas penemuan kembali monumen ini dan menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah hilang ini.
Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Karesidenan Kedu meneruskan kerja Cornelius dan pada 1835 akhirnya seluruh bagian bangunan telah tergali dan terlihat.
Minatnya terhadap Borobudur lebih bersifat pribadi daripada tugas kerjanya. Wilsen, tahun 1853, yang mengatakan bahwa Hartman menyuruh bongkar stupa puncak, dan menemukan sebuah arca Buddha yang belum selesai, dan benda-benda lain termasuk sebilah keris. Di samping itu Wilsen mendapat tugas membuat gambar-gambar tentang Candi Borobudur.
Pada 1882, kepala inspektur artefak budaya menyarankan agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan reliefnya dipindahkan ke museum akibat kondisi yang tidak stabil. Namun, arkeolog utusan pemerintah waktu itu menyarankan untuk tidak membongkarnya dan dibiarkan dalam keadaan utuh.
JW Ijzerman tahun 1885 membuka dasar candi dan ia menemukan sejumlah relief yang kemudian dikenal sebagai relief Karmawibhangga.
(Erha Aprili Ramadhoni)