BICARA tentang Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tidak dapat dilepaskan dari nama Mochamad Idjon Djanbi, perwira instruktur Korps Speciale Troepen (KST) atau Pasukan Khusus Belanda.
(Baca juga: Horornya Mako Kopassus Kandang Menjangan, Tempat Serda Ucok Ditempa hingga Markas Untung Surapati)
Mantan sopir Ratu Belanda, Wilhelmina di masa Perang Dunia II ini menginginkan pasukan yang dibentuknya bisa dikenal seperti “The Red Devils” atau pasukan Inggris pada Perang Dunia (PD) II.
Awalnya, Kolonel Alex Kawilarang meminta Idjon Djanbi untuk ambil bagian dalam cita-citanya membentuk pasukan khusus. Setelah bersedia, ia mulai aktif di TNI dengan pangkat mayor. Idjon segera melatih kader perwira dan bintara untuk menyusun pasukan. Setelah satu kompi satuan terbentuk, jadilah ia sebagai komandan pertama.
(Baca juga: Terungkap! Nama Belakang Prabowo Subianto Ternyata Diambil dari Legenda Brimob)
Indonesia pun memiliki satuan pasukan khusus yang bisa dibanggakan. Pasukan baret merah ini semula bernama Kesatuan Komando Teritorial III (Kesko III) di bawah divisi Siliwangi. Di bawah Mabes AD berganti namanya menjadi KKAD (Kesatuan Komando AD). Pada April 1956, KKAD menjadi resimen dan berubah menjadi RPKAD (Resimen Para Komando AD).
Setelah itu, pada Februari 1971, RPKAD berubah nama lagi menjadi Kopassandha (Komando Pasukan Sandhi Yudha). Lalu pada 23 Mei empat belas tahun kemudian, Kopassandha menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Dalam buku Kopassus untuk Indonesia Jilid II, yang dikutip Sabtu (13/11/2021), konsep Baret Merah baru digunakan ketika Kesatuan Komando Tentara Teritorium (Kesko TT)-III/Siliwangi diganti sebutannya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD) pada 1953 yang merupakan cikal bakal Kopassus. Konsep Baret Merah diambil lantaran saat itu belum ada baret berwarna merah membara seperti sekarang.