Lebih lanjut Asep JK mengatakan selain gelombang tinggi, ancaman angin kencang juga mengganggu aktivitas para nelayan di perairan Ujunggenteng. Kondisi cuaca buruk itu, membuat para nelayan memilih tidak melaut dan tetap berada di darat. Berdasarkan data yang tercatat di Rukun Nelayan Ujunggenteng, jumlah total perahu nelayan di pantai Ujunggenteng saat ini, terdapat 1.700 perahu dari berbagai jenis.
"Dari 1.700 perahu itu, mayoritas atau paling banyak merupakan perahu kecil. Sementara, untuk kapal atau perahu yang besarnya hanya ada 23 perahu. Nah, untuk cuaca ekstrim saat ini, ada sekitar 80 persen perahu di Ujunggenteng tidak melaut. Sementara, sisanya 20 persen lagi sedang berada di tengah laut. Tapi, itu pun sekarang mereka sudah sebagian pada pulang atau bersandar ke tepi pantai," ujar Asep JK kembali.
Pihaknya menambahkan, ia bersama para nelayan lainnya yang beroperasi di wilayah perairan Ujunggenteng, berharap kepada pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dapat memberikan imbauan kepada para nelayan soal prediksi cuaca ekstrim.
"Iya, jadi nelayan itu kan kalau ada imbauan jadi gak usah melaut. Belum lagi, mereka atau para nelayan ini juga tidak semuanya mempunyai android dan mengerti hal itu. Iya, kebanyakan para nelayan disini tidak mengetahui. Makanya, saya berharap kepada pemerintah dan BMKG dapat terus secara intens memberikan informasi kepada para nelayan di sini soal imbaun prediksi cuaca, khususnya berkenaan dengan kondisi pasang gelombang di perairan Ujunggenteng," pungkasnya.
(Awaludin)