Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Jelmaan Utusan Majapahit, Misteri Pusaka Sunan Bonang

Tentya Noerani Dewi Richyadie , Jurnalis-Jum'at, 10 Desember 2021 |17:55 WIB
Jelmaan Utusan Majapahit, Misteri Pusaka Sunan Bonang
Sunan Bonang/ ist
A
A
A

MASYARAKAT Desa Bonang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah memiliki tradisi yang sudah berlangsung turun-temurun sejak tujuh abad silam tradisi ini digelar setiap 10 Dzulhijjah atau bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Masyarakat setempat menyebutnya dengan Penjamasan Bende Becak, pusaka peninggalan Sunan Bonang.

(Baca juga: Lempar Batu ke Watu Layar Peninggalan Sunan Bonang Bisa Kaya?)

Dilansir dari beragam sumber, Jumat (10/12/2021), tradisi ini merupakan ritual pembasuhan dan penggantian kain kafan pusaka peninggalan Sunan Bonang berupa gong kecil atau dalam bahasa masyarakat Bonang dikenal dengan sebutan bende.

Pusaka Sunan Bonang tersebut dinamakan Bende Becak karena gong kecil itu diyakini merupakan jelmaan dari sosok manusia yang bernama Becak. Konon, Becak “dikutuk” oleh Sunan Bonang sehingga berubah wujud menjadi gong kecil atau bende.

(Baca juga: Kisah Sunan Bonang Ubah Buah Aren Jadi Bongkahan Emas)

Menurut cerita dari, Kiai Abdul Wakhid atau juru kunci pusaka Sunan Bonang terdahulu, Pusaka Bende Becak merupakan penjelmaan utusan dari Kerajaan Majapahit Bernama Becak yang hendak menghadap Sunan untuk memberitahu bahwa “Prabu Brawijaya belum hendak mengiyakan ajakan Sunan Bonang untuk memeluk Islam.

Karena Sunan Bonang masih mengajar, Becak diminta menunggu di halaman masjid. Tapi sepertinya Becak agak jenuh menunggu. Kemudian, untuk mengusir rasa bosan, Becak lalu mendengungkan lagu-lagu yang terdengar samar-samar dari dalam masjid. Konon katanya Sunan Bonang merasa risih, Beliau lantas bertanya kepada santrinya, ‘Siapa itu kok kayak bende?’.

Beberapa saat kemudian, saat dicek keluar masjid, ternyata Becak sudah tidak ada di tempat. Santri yang mengecek malah menemukan bende yang tergeletak. Bende itulah yang diduga merupakan jelmaan dari Becak yang terkena tulah sabda Sunan Bonang. Kala itu, Sunan Bonang begitu kaget dan kecewa, ternyata ucapannya menjadi kenyataan, seketika itu juga bende yang kemudian diberi nama ‘Kyai Bende Becak’ itu dirawat Sunan hingga akhir hayatnya, sekaligus diperintahkan kepada para murid agar tetap merawat pusaka tersebut.

Terlepas dari mitos hikayat dari para orang tua, Bende Becak adalah bagian dari upaya untuk nguri-uri budaya warisan leluhur agar tidak hilang begitu saja. Lebih dari itu, Penjamasan Bende Becak, adalah bentuk tawadu masyarakat Bonang kepada Sunan Bonang. Mengingat, Sunan Bonang merupakan salah satu Wali Sanga yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Desa Lasem.

Di luar mitos tersebut, beberapa orang terutama tokoh-tokoh agama di Lasem (misalnya Kiai Saifullah Abdullah, pengasuh Pondok Pesantren Nurul Mustofa Lasem) mengatakan, Bende Becak dulunya digunakan oleh Sunan Bonang untuk membangunkan atau mengingatkan santrinya di waktu-waktu untuk salat jamaah atau mengaji.

Setiap sudah masuk waktu salat wajib lima waktu dan mengaji, Sunan Bonang akan memukul gong mungil tersebut dan para santri akan bergegas menuju Masjid.

Dalam ritual Penjamasan Bende Becak, tujuh belanga yang berisikan air sumur Bonang, berikut bunga setaman digunakan untuk mencuci pusaka Kyai Bende Becak yang terbungkus kain mori putih. Air bekas jamasan, bunga maupun kain mori yang disobek sobek kecil, senantiasa menjadi incaran para pengunjung.

Meski para ulama dalam selalu meminta kepada peziarah untuk tidak mempercayai sesuatu yang bisa mengakibatkan perilaku musrik (syirik) namun, para pengunjung dari tahun ke tahun tidak pernah berubah. Mereka meyakini, air bekas jamasan, kain mori putih dan sisa bunga jamasan dapat digunakan sebagai tolak balak (terhindar dari marabahaya) karena perlindungan Allah melalui seorang wali-Nya yaitu Sunan Bonang.

(Fahmi Firdaus )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement