YOGYAKARTA - Produk-produk yang dihasilkan oleh warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas II Yogyakarta yang berada di Wonosari ternyata diminati di luar negeri. Salah satunya yang dibuat terpidana mati kasus narkoba, Mary Jane.
(Baca juga: Kejagung Ingatkan Filipina soal Terpidana Mati Mary Jane)
Pasalnya, hasil tangan-tangan terampil perempuan warga binaan ternyata mampu bersaing di pasar internasional.
Kepala LPP Kelas II Yogyakarta, Ade Agustin mengatakan, di dalam penjara atau di dalam Lapas pihaknya memang juga mempersiapkan masa depan warga binaan jika bebas nanti. Di dalam Lapas berbagai ketrampilan mereka berikan kepada warga binaan.
"Keterampilan yang kami berikan ini agar para warga binaan siap menyongsong masa depan ketika bebas nanti,"ujar Ade.
Menurutnya, para warga binaan yang telah memenuhi syarat akan diberikan sejumlah keterampilan diantaranya membatik, melukis, garmen, memasak hingga merias. Mereka akan mendapatkan semua keterampilan tersebut secara bergiliran.
Dan ternyata hasil karya dari warga binaan tersebut tidak kalah dengan produk-produk lainnya di pasaran.
(Baca juga: Hakim Diprediksi Bakal Tolak Tuntutan Hukuman Mati Terdakwa Kasus Asabri)
Batik misalnya karya warga binaan ini tidak kalah jika dibandingkan dengan produk para pembatik profesional lainnya mulai dari teknik menggambar hingga pewarnaan pun mampu bersaing. "Bahkan kini diminati luar negeri,"ujar dia.
Saat ini kata dia, Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas II Yogyakarta memiliki 6 warga binaan dari luar negeri.
Mereka mampu menjadi duta batik yang cukup baik untuk warga binaan sehingga batik-batik tersebut mampu menembus pasar internasional diantaranya seperti Singapura Vietnam Thailand dan juga Filipina.
Untuk batik tulis sendiri pihaknya mematok harga mulai dari Rp150 ribu hingga Rp 1,5 juta perkainnya. Dan batik batik karya warga binaan terutama karya terpidana mati kasus narkoba Mary Jane sangat diminati.