Saat itu adalah awal Festival Cheltenham dan itu ajang yang tepat. Saya telepon seseorang dan bilang bahwa seorang kerabat saya kecelakaan dan perlu uang £10.000 untuk membayar perawatan di rumah sakit. Saya berhasil dapat £50.000 setelah taruhan lomba pacuan kuda. Namun, itu belum cukup, saya mau lagi.
Jadi saya memutuskan untuk melakukan apa yang dianggap banyak orang hal yang terbodoh. Saya putuskan bertaruh £50.000, semua uang yang saya menangkan sebelumnya untuk seekor kuda pacu di lomba the Cheltenham Gold Cup.
Saya yakin bahwa kuda yang bernama Might Bite itu akan menang. Namun ternyata kuda itu tidak juara, dan duniaku seketika runtuh.
Beberapa hari kemudian, saya mengundurkan diri dari pekerjaan, lalu mengambil kunci mobil dan berkendara selama tiga jam. Saya sempat memutuskan untuk bunuh diri karena merasa tidak ada pilihan lain.
Lalu muncul di benak saya, "Kamu harus bicara ke seseorang." Saya lalu hubungi adik. Saya kirim dia pesan tertulis mengenai masalah yang telah saya alami dan yang akan saya lakukan. Saya minta dia untuk mewakili ucapkan salam perpisahan kepada semua orang.
Dia coba menelpon saya, namun tidak saya jawab. Tekad saya sudah bulat. Lalu dia kirim pesan, yang akhirnya menyelamatkan hidup saya.
"Apapun yang kamu lakukan, jangan lakukan itu." Dia mengaku tidak akan mampu menanggungnya, begitu pula dengan kekasih dan keluarga saya. Itu adalah momen di mana saya berhenti memikirkan diri sendiri dan mulai memikirkan orang lain.
Kehidupan kedua
Akhirnya saya bicara apa adanya kepada keluarga. Semua kebohongan yang saya buat, utang, dan situasi pekerjaan. Tidak sanggup menjelaskan seberapa sulitnya, namun itu adalah momen bagi saya untuk bisa melanjutkan hidup.
Mereka tidak marah. Mereka sadar saya butuh bantuan dan membantu saya masuk ke pusat rehabilitasi. Saya langung berpikir, "hidupku mendapat kesempatan yang kedua."
Bulan berikutnya saat di rehab sungguh sulit. Saya harus mengambil tanggungjawab penuh atas apa yang telah saya lakukan.
Saya bertunangan dengan kekasih ketika keluar dari rehab, namun belum kepikiran apa yang akan dilakukan pada hidup saya. Saya menghubungi Asosiasi Pemain Kriket Profesional (PCA), yang memberi perhatian kepada atlet dan eks atlet kriket, walau ada yang kariernya sependek saya.
Mereka membantu saya secara finansial dan emosional, mengorganisir perawatan dan membuat rencana untuk membantu melunasi utang saya.
Saya punya keinginan yang membara untuk berbagi kisah saya. Saya tidak bangga dengan apa yang dulu saya perbuat namun saya sadar betap mudah terjatuh dalam perangkap itu.
Saya lalu mulai memberikan kesaksian kepada para pemain kriket lewat PCA demi mencegah mereka agar tidak berbuat kesalahan yang sama. Saya pun berbicara kepada mantan teman-teman sekolah di Northamptonshire.
Di saat yang sama, saya mulai bekerja untuk EPIC Risk Management, lembaga konsultan yang membantu mencegah kecanduan judi.
Hingga kini saya sudah bicara di lebih dari 200 sekolah, 100 lebih organisasi olahraga, dan sekitar 50 institusi bisnis.
(Nanda Aria)