JAKARTA - Sesuai dengan kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda yang mengakui kemerdekaan RI, semua fasilitas militer milik Belanda harus diserahkan kepada Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS), termasuk di dalamnya bekas pangkalan Korps Speciale Troepen (KST) atau Pasukan Khusus Belanda yang beroperasi di Indonesia semasa Perang Kemerdekaan Indonesia (1945-1949).
Bekas pangkalan KST ini terletak di sebelah utara Bandung, tepatnya di Batujajar dan kemudian menjadi markas pertama Kesatuan Komando TT-III/Siliwangi yang menjadi cikal bakal RPKAD, kini dikenal sebagai Kopassus.
Lokasi yang terpencil dan dikelilingi hutan di Batujajar menjadi tempat yang ideal bagi aktivitas dan pangkalan pasukan khusus. Selain itu juga terdapat landasan udara yang memungkinkan penerbangan dan juga latihan terjun payung. Demikian dilansir dari buku Kopassus untuk Indonesia.
Mayor Mochammad Idjon Djanbi yang sekarang dikenal sebagai "Bapak Kopassus", semasa berdinas di KST hingga mendirikan Kesatuan Komando TT III/Siliwangi di bawah Panglima Teritorium III/Siliwangi Kolonel Alex Evert Kawilarang, juga banyak melakukan aktivitasnya di Batujajar.
Pada 21 Desember 1959, terjadi pemisahan antara unsur pendidikan dan operasional; RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) langsung berada di bawah KSAD, sementara SPKAD (Sekolah Pasukan Komando Angkatan Darat) di bawah Pussenif.
Berkaitan dengan hal itu maka markas utama RPKAD berpindah ke Cijantung di mana Makopassus, Grup 3 Sandi Yudha, Satuan 81, berbagai fasilitas latihan, dan juga hunian para prajurit serta keluarganya ditempatkan.
(Widi Agustian)