Share

Pertempuran Antara Azerbaijan dan Armenia Tewaskan Hampir 100 Orang

Rahman Asmardika, Okezone · Rabu 14 September 2022 09:29 WIB
https: img.okezone.com content 2022 09 14 18 2667035 pertempuran-antara-azerbaijan-dan-armenia-tewaskan-hampir-100-orang-YZibQ0vktj.jpg Tentara Azerbaijan. (Foto: Kementerian Pertahanan Azerbaijan)

BAKU - Pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan pada Senin, (12/9/2022) malam menewaskan hampir 100 tentara, demikian dilaporkan.

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan 49 tentaranya tewas dalam bentrokan semalam, sementara kementerian pertahanan Azerbaijan mengatakan 50 prajuritnya juga tewas.

Negara-negara tetangga telah berperang dua kali dan bentrokan kecil biasa terjadi selama tiga dekade. Pada Selasa, (13/9/2022) Rusia mengatakan pihaknya menengahi gencatan senjata untuk peningkatan kekerasan terbaru ini.

Armenia awalnya mengatakan pertempuran telah tenang, bukan berakhir sepenuhnya. Kemudian, Azerbaijan mengatakan telah menyelesaikan tujuannya setelah "provokasi" dari tetangganya.

Inti sengketa adalah wilayah Nagorno-Karabakh. Hal ini, menurut perbatasan yang diakui secara internasional, merupakan bagian dari Azerbaijan - tetapi dihuni oleh etnis Armenia. Kesenjangan budaya meluas melampaui politik ke dalam agama, juga: Armenia adalah negara mayoritas-Kristen, sementara Azerbaijan sebagian besar Muslim.

Kedua negara adalah bagian dari Uni Soviet sebelum pembubarannya pada akhir 1991.

Perselisihan tersebut telah menyebabkan perang skala penuh pada 1980-an dan 1990-an, perang enam minggu pada 2020 dan bentrokan berkelanjutan selama beberapa dekade.

Kedua negara saling menyalahkan atas pecahnya kekerasan terbaru.

Armenia mengklaim bahwa beberapa kota di sepanjang perbatasan telah ditembaki oleh tetangganya dan telah menanggapi provokasi tersebut.

Follow Berita Okezone di Google News

Azerbaijan mengatakan infrastrukturnya diserang terlebih dahulu, dengan Juru Bicara Militer Letnan Kolonel Anar Eyvazov mengatakan bahwa gerakan militer selama sebulan terakhir "menunjukkan bahwa Armenia sedang mempersiapkan provokasi militer skala besar".

Kekerasan berlanjut pada Senin malam sebelum Moskow mengatakan telah merundingkan gencatan senjata cepat untuk mulai berlaku pada Selasa pagi.

Namun, Nikol Pashinyan dari Armenia mengatakan "intensitas permusuhan telah berkurang, tetapi serangan terhadap satu atau dua front dari Azerbaijan terus berlanjut".

Kemudian pada Selasa, Azerbaijan mengatakan prajuritnya tewas "sebagai akibat dari provokasi skala besar Armenia" dan menuduh Armenia melanggar gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia.

Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev pada hari yang sama, mendesaknya untuk "kembali menghormati gencatan senjata" dengan Armenia.

Pertempuran itu telah dikecam secara internasional. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken melakukan panggilan telepon pribadi kepada para pemimpin kedua negara pada Selasa, mendesak mereka untuk mencapai penyelesaian damai dan mencegah pertempuran lebih lanjut.

Blinken mengatakan dia akan mendorong "untuk penghentian segera pertempuran dan penyelesaian damai" antara kedua negara.

Rusia dekat dengan Armenia, tetapi merupakan kekuatan utama di kawasan itu dan memelihara hubungan dengan kedua belah pihak. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Presiden Vladimir Putin "secara pribadi" mengambil peran dalam mediasi.

"Presiden secara alami melakukan segala upaya untuk membantu meredakan ketegangan di perbatasan," katanya sebagaimana dilansir BBC.

Turki, sementara itu, memiliki hubungan dengan Azerbaijan dan tampaknya mendukung versi kejadian menurut Baku. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, mengatakan "Armenia harus menghentikan provokasi dan fokus pada negosiasi perdamaian".

Pertempuran Senin malam diyakini sebagai yang terburuk sejak konflik 2020, di mana ribuan orang tewas. Perang itu berakhir dengan kesepakatan yang ditengahi oleh Rusia, yang membuat Armenia menarik pasukannya dari daerah-daerah pendudukan di sekitar Nagorno-Karabakh.

Pasukan penjaga perdamaian Rusia yang terdiri dari hampir 2.000 orang dikerahkan ke daerah itu sebagai bagian dari negosiasi, di mana masih ada sampai sekarang.

1
3
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini